Hujan mulai turun. Pelan-pelan mulai menderas. Sementara di bawah tenda berukuran sekitar 10 x 6 meter, penuh dengan dengan orang-orang yang terlihat serius.Â
Di atas panggung yang hampir tak berjarak dengan pengunjung, empunya Rumah Perubahan, Prof. Rhenald Kasali, yang sedang berbicara, benar-benar menghipnotis mereka.Â
Meskipun sebenarnya, guru besar Universitas Indonesia ini tak selalu serius membahas seputar dunia usaha. Sekalipun isi pikiran yang ia lemparkan tetap serius, beliau sempat berkali-kali menyisipkan candaan-candaan renyah.
Tak ayal, meskipun cuaca seperti sedang tak ramah, pembicara dan pengunjung acara yang dihelat Briefer.ID ini sama-sama semringah.Â
Aku sendiri kali ini hanya bisa menyaksikan beliau bicara di depan sana dari jarak yang agak jauh. Hampir tak ada celah untuk bisa lebih dekat. Ya, saking penuhnya pengunjung yang datang ke acara ini.Â
Sambil menyimak isi pembicaraan beliau di depan sana, di benakku sendiri sempat terbetik rasa antusias sekaligus bangga.Â
Bagaimana tidak bangga, aku bisa jadi bagian mereka yang tetap bergairah dengan ilmu pengetahuan. Terlebih lagi, di depan sono tuh, sedang dibedah "urusan dapur" bagaimana tetap bisa berasap. Eh.
Kuamati ekspresi pengunjung di sana, terlebih saat hujan mulai semakin deras. Antusiasme mereka tak kalah deras.Â
Hampir tak ada yang menyibukkan diri dengan gawai yang mereka punya. Sejujurnya, pemandangan ini terbilang sangat langka di tengah tren di mana gawai telah menjadi candu di mana-mana, masih ada orang-orang yang hampir tak menggubris gawainya.Â
Sementara sebagian besar dari mereka adalah anak-anak muda yang baru mau memulai bisnis, atau baru menjajaki ranah wirausaha. Mereka mematahkan pandangan bahwa anak muda kini tak bisa lepas dari handphone.