Ada banyak berita yang menakutkan, namun terkesan sedikit berita yang menguatkan. Saat semua orang dihantui ketakutan, alih-alih menenangkan, justru banyak orang menciptakan keriuhan hingga semakin banyak orang kebingungan.
Inilah yang saya simak saat kemarin, Sabtu 4 April 2020, bertandang ke salah satu titik kumpul ojek online (ojol) persis di lokasi Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.Â
Ya, saya ke sana cuma untuk sedikit berbagi dengan apa yang mampu saya bagi. Sebab terpikir, dalam situasi sekarang, yang berguna bukan sebanyak apa segala sesuatu kita punya, tapi sebesar apa kemauan untuk berbagi dengan mereka yang lebih susah.
Benar saja, ketika saya dan dua anak tetangga, Kevin dan Adit, datang ke sana dan memberikan mereka beberapa botol minuman dalam kemasan dan roti-roti, ada binar haru dan gairah kembali menyala terlihat di mata mereka.Â
"Bagaimana nggak, Bang, sekarang orang-orang mau bepergian takut, dan bahkan ada yang takut menerima kehadiran kami ke kawasan kompleks mereka," cerita salah satu abang ojol, Muhammad Taufik.Â
"Kalau sekadar berhati-hati kita maklumi, tapi saat orang-orang malah ketakutan dengan kehadiran kami, pastinya kami jauh lebih ketakutan karena anak dan istri bisa saja tidak makan."Â
Ya, saya ke sana tidak sekadar berbagi makanan dan minuman, namun juga berusaha berbagi cerita, atau tepatnya mendengarkan cerita mereka selama Covid-19 merajalela. Sebab, rasa-rasanya di saat-saat sulit seperti ini, mendengarkan mereka yang lebih susah rasanya melegakan. Lantaran tak jarang mereka tidak memiliki teman bercerita, karena di sekitar mereka sendiri kerap kali hanya ada cerita kesusahan.Â
Saat mereka ingin bercerita kepada sesama ojol, ada perasaan tidak enak karena khawatir justru menyusahkan sesama orang susah.Â
"Sekarang kami bisa mengeluh kepada siapa? Semua susah. Menyalahkan pemerintah, tapi kita juga melihat pemerintah pun susah payah mencari cara untuk menghadapi kondisi sekarang," salah satu ojol lain yang duduk sekitar dua meter dari Taufik, turut berbicara.
Bukan sekadar uluran tanganÂ
Saat sedang berbincang sambil melihat mereka berbagi dan mengunyah roti yang saya bagi, obrolan sempat terpecah. Mereka berlarian ke arah pintu pagar parkiran stasiun. Rupanya ada salah satu masyarakat yang berkendara roda dua, datang mengantarkan makanan lainnya, berupa nasi bungkus.Â