Menjelang akhir tahun ini, buku menjadi sesuatu yang paling banyak saya beli dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sebab, di bulan-bulan lain, paling banyak hanya tiga buku per bulan. Sementara belakangan, mencapai belasan buku terbeli.Â
Kalau mau hitung-hitungan, betul, ada jutaan uang yang mesti dikeluarkan untuk memindahkan buku-buku itu dari rak di toko buku ke rak buku pribadi. Nah, jika Anda harus mengeluarkan uang segitu untuk buku, apakah Anda pernah merasa rugi?
Ya. Saya sendiri akan menjawab begitu. Sebab, memang betul, di masa lalu pernah merasa kehilangan uang, ketika "kerasukan" membeli buku ratusan ribu. Alasannya sederhana, saat itu saya sempat merasa itu sebagai pemborosan.Â
Baru beberapa tahun terakhir saja sudut pandang terkait urusan beli-beli buku tidak lagi terasa sebagai sesuatu yang bikin rugi. Ini bukan soal karena memiliki pendapatan lebih banyak dibandingkan dulu, melainkan sepenuhnya karena pergulatan pengalaman dalam merasakan manfaat dari berbagai buku.Â
Buku semakin terasa sebagai sesuatu yang melebihi investasi. Pasalnya, jika investasi memberikan keuntungan terbatas, buku bisa saya bilang memberikan banyak hal yang tidak terbatas.Â
Ia mampu membuka jalan untuk keuntungan secara finansial, di satu sisi, namun di sisi lain ia juga menjadi matahari dalam bentuk aksara, memberikan cahaya ketika pikiran terasa sulit menyala hingga terpaksa meraba-raba ketika harus bekerja.
Keuntungan finansial bisa dibilang sebagai bagian kecil dari manfaat besar yang dapat diberikan buku. Maka itu, keuntungan ini tidak bisa dibilang sebagai pencapaian puncak.Â
Sejujurnya, saya pribadi pun mendapatkan banyak keuntungan finansial secara tidak langsung dari buku-buku yang saya punya. Sebab, memang tanpa perlu membaca buku khusus "bagaimana mencari uang?" tetap saja uang datang. Sebab dari buku-buku itu diajarkan bagaimana memberi lebih dulu, dan soal apa yang bisa didapatkan, akan menyusul dengan sendirinya.
Begini. Dari buku, semua memang diawali dengan memberi.Â
Pertama, mau mengeluarkan uang untuk membayar buku yang ingin dibeli. Kedua, mau memberikan waktu, dari mencari buku yang diinginkan sampai dengan waktu untuk membaca. Ketiga, memberi pekerjaan kepada tangan untuk membuka halaman demi halaman buku, memberi kesempatan pada mata untuk membaca huruf demi huruf sampai kata, kalimat, paragraf, hingga bab demi bab.
Jadi, sekali lagi, buku memang mengajak untuk mengawali dengan memberi. Hanya mereka yang mau memberi maka mereka pantas untuk mendapatkan hasil dari apa yang diberi.Â