Nama Osama bin Laden pernah menjadi nama paling sering diangkat oleh media, sangat sering dibedah para pakar politik hingga pakar terorisme. Juga, ia paling sering mendapatkan pujian dari kalangan yang seide dengannya.
Mau tidak mau, sosok Rizieq Shihab punya sedikit kemiripan dengan Osama. Dari bagaimana memilih lawan, apa motif melakukan perlawanan, hingga landasan untuk terus melawan. Keduanya pun memiliki kemiripan dalam hal konsistensi dalam perlawanan itu.Â
Jika ada yang kental membedakan mereka adalah soal memilih lawan. Osama cenderung memilih Amerika Serikat yang dipandang olehnya sebagai sumber petaka dunia. Sedangkan Rizieq memilih Indonesia sebagai lawannya.Â
Namun ada juga perbedaan paling mencolok yakni fakta bahwa Osama cenderung vulgar menunjukkan perlawanannya. Sedangkan Rizieq masih lebih halus dan terbilang malu-malu menegaskan posisinya.Â
Misal saja, dalam melihat Pancasila, apakah ia benar-benar menerima kelima sila itu atau memang tak menganggap itu sebagai sesuatu yang penting untuk diprioritaskan. Di beberapa kesempatan ia mengaku sebagai Pancasilais, di sisi lain acap pula mencela dasar negara bernama Indonesia tersebut.
Selain itu, apakah ia benar-benar melihat Indonesia sebagai negara Thogut yang tak wajib dijaga, dihormati, dan dipertahankan, atau ia menginginkan bentuk lain semisal sistem kekhalifahan.Â
Sisi kontras lain yang paling mengemuka dan mencolok sekaligus mengherankan adalah kegaduhan bendera yang diklaim sebagai bendera tauhid, yang bahkan menurut selebaran yang beredar di media sosial, ada anjuran darinya untuk memasang bendera tersebut di setiap rumah masyarakat Muslim di Tanah Air.Â
Kontras, karena saat bendera itu tertempel di rumah tempat ia berdiam di Arab Saudi, justru tak kuasa ia bela, tidak ia pertahankan, dan justru menuding ada pihak yang "bermain-main" menempelkan bendera itu di rumahnya.
Tak terlihat konsistensi Rizieq Shihab untuk mengakui bendera tersebut sebagai bendera tauhid, yang sempat dikesankan olehnya kepada banyak orang sebagai sesuatu yang pasti akan dibela olehnya secara mati-matian. Alih-alih tetap membelanya sebagai bendera tauhid, justru dalam pernyataannya yang beredar, ia justru gigih menampik bahwa itu adalah benderanya atau setidaknya sebagai bendera yang selama ini gigih ia bela.
Di sinilah siapa saja yang rajin menyimak sepak terjang dan sudut pandang Rizieq Shihab akan menemukan semacam ketidakkonsistenan.
Sebab, di kesempatan lain ia berdalih bahwa apa yang tertempel di tembok rumahnya di Arab Saudi hanyalah sebagai poster. Ia pun menyebutkan bahwa di Arab Saudi ada larangan terhadap atribut dan simbol politik dan sejenisnya.Â