"Sekarang orang-orang yang sok membela orang Boyolali justru katakan kata-kata tidak pantas." Begitulah ungkapan kekesalan Yandri Susanto yang tak lain adalah salah satu juru kampanye nasional pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Ungkapan itu dikutip oleh beberapa media mainstream, beredar di mana-mana, dan didukung oleh simpatisan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sama-sama berlatar belakang Partai Gerindra tersebut--meski dengan sebuah drama menutup kesan bahwa Sandi adalah orang partai itu.
Ungkapan itu sendiri bisa ditangkap sebagai sebuah ekspresi dari sudut pandang bahwa pelecehan Prabowo terhadap warga Boyolali hanya persoalan biasa. Yang luar biasa hanyalah penghinaan yang dilakukan pihak yang "sok membela orang Boyolali" karena tertuju kepada satu figur yang sedang dibuai mimpi indah bahwa sebentar lagi akan memimpin negeri ini.
Sebagai calon presiden, tak ada yang bisa disalahkan. Dia tidak salah, dan apa yang meluncur dari mulutnya hanyalah seuntai kalimat bernada keakraban.
Setidaknya sudut pandang itulah yang lagi dan lagi dikembangkan oleh kubu capres-cawapres dukungan Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat tersebut.
Jika dibilang logis, memang logis saja. Namun apakah itu benar, memang masih pantas diperdebatkan. Terutama, terkait apakah itu adalah pelecehan dan penghinaan atau bukan ketika "orang luar" Boyolali memberikan label-label negatif terhadap orang-orang yang lahir, tumbuh, dan mungkin meninggal dunia di salah satu kabupaten di Jawa Tengah tersebut.
Sebab ada hal lain yang terlihat sama sekali alpa dilihat oleh orang-orang yang memasang badan sebagai pembela Prabowo, dan itu adalah persoalan harga diri, nama baik, dan kehormatan masyarakat Boyolali sendiri.Â
Dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul? (Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut). Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini."
Berdalih bahwa orang-orang di dalam forum di mana Prabowo berpidato justru menyambut "candaan" capres tersebut dengan tawa, menurut para pembela capres ini merupakan bukti bahwa mereka sama sekali tak melihat itu sebagai penghinaan.
Padahal, kalau mau melihat lagi, ada berapa orang yang berada di dalam forum itu? Apakah mereka seluruhnya adalah orang-orang Boyolali tulen, atau segelintir simpatisan capres ini sendiri?