Jika Anda pernah ke kondangan, di sana Anda akan melihat bagaimana para tamu datang dengan pakaian hingga riasan terbaik. Tak kurang halnya, tuan rumah pun berusaha keras untuk bisa menyambut dan memberikan jamuan terbaik kepada para tamu.
Di kampung-kampung, terkadang acara kondangan sering berujung cerita hingga gunjingan. Kalau bukan tentang tuan rumah, bisa saja tentang sesama tamu yang sama-sama datang ke kondangan tersebut. Namun, tuan rumah tetap saja menjadi yang pertama dibicarakan (atau digunjingkan).
Sekelas kondangan saja, banyak orang bisa mendadak menjadi pengamat busana, penata gaya, ahli tata rias, sampai dengan ahli desain interior.Â
"Eh, manten lakinya kok mirip Mamang Cilok, ya?" ungkapan kalau melihat ada ketidakseimbangan antara pengantin lelaki dan perempuan.
"E ... do ... do ... e, manten perempuannya kok mekapan mirip penyanyi dangdut pantura, ya?" ini mengalir dari mulut yang sulit beristirahat dalam waktu lama.
"Sik, sik, sik, itu mertua dengan manten kok bisa seperti sebaya, ya?" celoteh bibir yang terlalu rajin bekerja.
Itu kondangan. Tak heran jika sepulang dari kondangan, tuan rumah harus ikhlas dengan berbagai kemungkinan, antara menuai pujian atau menjadi sasaran gunjingan.
Bagaimana dengan Asian Games? Bisa jadi lebih tragis dari kondangan. Bisa jadi, jika memang panitia yang bertanggung jawab dalam "kondangan" kelas Asia ini, terlalu berpikir yang besar-besar sampai lupa atau meremehkan hal-hal yang dipandang kecil.
Ini juga yang menjadi obrolan saya dengan sesama anggota Panitia Pelaksana Asian Games dari salah satu cabang olahraga, baru-baru ini. Kami sempat dibalut oleh perasaan gelisah, lantaran ada banyak cabang olahraga dipertandingkan, tapi masih ada banyak masalah yang masih menjadi tanda tanya.
Sebut saja soal relawan, sempat menjadi bahan perdebatan. Ada petinggi di kepengurusan--sebut saja panitia utama--yang sempat nyeletuk, karena mereka adalah relawan, sudahlah, biarkan saja mereka hanya mendapatkan sekadar apa yang layaknya didapatkan oleh relawan.Â
Maksud petinggi tersebut, tidak perlulah pusing-pusing memikirkan relawan. Bagaimana soal penginapan mereka, kebutuhan mereka sehari-hari, bukanlah hal yang perlu dipusingkan terlalu serius.