Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tanah Abang Menunggu Bang Anies

6 November 2017   10:43 Diperbarui: 7 November 2017   09:21 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda tahu grup dangdut Manis Manja Grup, maka takkan asing dengan lirik, "Aduh Buyung, kenapa lupa padaku."

Bagi yang merasa asing dengan lirik lagu itu, dapat dipastikan ketika grup dangdut itu berkibar, Anda masih sibuk mengelap ingus dengan lengan baju. Atau, jika tidak, masih melihat nikmat bermain gundu melampaui nikmatnya nasi goreng bikinan ibu. Jangan minder, saya yakin gubernur dan wakil gubernur Jakarta saja belum tentu hafal lagu itu. Sebab Anda tahu, di tahun-tahun itu Anies Baswedan masih disibukkan dengan perannya berkutat dengan dunia akademik, dan Sandiaga Uno masih lebih sibuk menghitung rupiahnya agar dapat beranak pinak tanpa perlu pesta pernikahan.

Kenapa harus lagu dangdut dipaksa-paksa untuk dihubungkan dengan Tanah Abang? Bukankah sesuatu yang dipaksa itu tidak baik. Jika Anda adalah Don Juan kelas teri, maka memaksa diri untuk diterima seorang gadis incaran, justru membuat Anda terlihat menakutkan bagi mereka. Jadi, kemampuan Anda mengawali langkah pertama di dunia Don Juan, membutuhkan ketenangan dan strategi yang tak boleh kalah jeli dari gubernur di kota sesibuk Jakarta.

Kok jadi lompat-lompat begini? Sebab politik dengan kemampuan lompat melompati itu bukan cerita asing lagi. Seperti juga Anies dan Sandi sukses melompat dalam karier mereka dari akademisi dan pengusaha menjadi gubernur dan wakil gubernur, menjadi salah satu bukti identiknya mereka yang bermain politik dengan urusan lompat-lompatan. Urusan ini, percayalah, lebih membuat mereka gembira dibandingkan kegembiraan anak-anak yang bermain lompat tali.

Sudah. Tinggalkan anak-anak yang keasyikan bermain lompat tali. Sekarang kita naik saja angkot ke jurusan Tanah Abang, yang dari tempat tinggal saya hanya perlu mengeluarkan ongkos Rp 3 ribu saja.

Wajah khas Tanah Abang yang sedang menunggu Bang Anies - Foto: Liputan6.com
Wajah khas Tanah Abang yang sedang menunggu Bang Anies - Foto: Liputan6.com
Jika Anda ke sana, saat Anies-Sandi disahkan sebagai gubernur DKI, ada sebagian besar pedagang di sana yang juga ikut melompat-lompat kegirangan. Sebab mereka merasa "merdeka" dengan kedatangan gubernur baru, yang diyakini akan lebih ramah kepada mereka. Syahdan seorang pedagang yang diwawancarai salah satu stasiun TV pun merasa tenang kembali membuka lapak yang memakan badan jalan.

Pedagang itu sama sekali tak merasa bersalah. Bahkan ia dengan gamblang menyalahkan jika masalah kemacetan dan kesemrawutan di Tanah Abang yang kembali muncul adalah kesalahan pejalan kaki! "Sebab karena banyaknya pejalan kaki itulah maka di sini semakin macet!" itulah jawaban yang muncul, sebagai bukti tingkat kecerdasan yang ngalah-ngalahin kecerdasan Anda. Sebab, kecerdasan Anda terlalu njelimet, dan pedagang ini dengan percaya diri mengklaim, kemacetan itu gara-gara pejalan kaki, bukan karena kesemrawutan yang mereka ciptakan di sana.

Pemandangan apa ini? Dagelan, iya. Di sisi lain itulah fakta yang kembali muncul di sana. Ada anggapan yang muncul jika kehadiran Anies dan Sandi sebagai penguasa DKI maka sama artinya kembalinya kebebasan mereka. Bebas berdagang di mana saja, bebas mencari rezeki di tiap sudut Tanah Abang, dan mereka merasa "kembali pulang" ke rumah mereka sendiri.

Tukang parkir dapat tetap lebih leluasa menjadikan semua tempat untuk parkiran, dan bagi yang tak cukup tempat di Blok A, Blok B, dan semua blok yang ada masih ada jalanan yang luas yang mubazir jika hanya dimanfaatkan kendaraan dan para pejalan kaki. Jadilah, tukang parkir liar melompat-lompat gembira, dan pedagang liar pun dapat dengan gembira menyanyikan lagu, "Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang."

Yang murung adalah Anies dan Sandi! Kenapa, ada janji yang telanjur ditabur, dan ada citra yang dibangun bahwa mereka dapat menjadi sahabat bagi kalangan masyarakat yang masuk kategori akar rumput. Pertanyaannya, di tengah kondisi carut-marut ini, apakah Bang Anies akan hadir di tengah mereka dengan senyuman termanis dan para pedagang liar dengan tukang parkir liar pun menyambut dengan manis? Jika ini bisa dilakukan, maka kita warga DKI pun pantas memberikan penghargaan kepadanya. Tunggu, Bang Anies datang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun