Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kala Mantan Menkominfo Jadi Penyebar Hoaks

4 September 2017   05:15 Diperbarui: 7 September 2017   10:37 6226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejaring sosial dapat menjadi jebakan bagi siapa saja - Gbr: Craig.is

Kemarin jagat media sosial sempat diramaikan dengan tingkah mantan menteri yang membawahi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring. Niat hati ingin menunjukkan solidaritasnya atas tragedi di Myanmar, ia sendiri menciptakan "tragedi" lain lantaran turut menunjukkan foto hoaks yang diklaim terjadi di negara yang sedang berkonflik tersebut.

Masygul. Itulah yang juga saya rasakan, hingga sempat menimpali via akun Twitter pribadi, yang kira-kira berisikan gerutuan, "Lha jika mantan menteri Kominfo saja bisa begini, bagaimana lagi dengan masyarakat biasa?"

Gerutuan itu muncul spontan saja. Terlebih saya sendiri sedang berada di tengah kecamuk rasa percaya tak percaya. Kok bisa seorang yang terbilang paham betul tren hoaks, justru ia sendiri terjebak di dalamnya. 

Ketika banyak warganet yang antihoaks bekerja keras melawan hoaks, lha ini orang yang pernah menduduki kursi teratas di bidang komunikasi dan informatika di negeri ini--di jajaran pemerintahan, malah turut berada di barisan penyebar hoaks. Mencoba berbaik sangka, ya mungkin saja beliau tidak sengaja, tapi apakah alasan ini bisa berarti bahwa itu harus dilupakan begitu saja?

Saya kira tidak. Itu persoalan serius. 

Warganet yang yang betul-betul ingin menjadikan dunia internet sebagai tempat berbagi hal-hal positif dari hiburan hingga hal-hal serius, pantas kecewa besar. Itu memang terlihat dari respons banyak pengguna Twitter yang menyampaikan langsung keluhan atas sikap mantan orang nomor satu di Kemenkominfo tersebut. Rata-rata mengeluhkan isi cuitan Tifatul Sembiring.

Alih-alih meminta maaf kepada publik, eks menteri ini lebih memilih mencari dalih, dengan menyebut jika dia memang memiliki banyak foto-foto tragis dari medan tragedi tersebut. Selain dia juga memamerkan foto-fotonya kala bersua pengungsi Rohingya. Ada kesan, dengan memamerkan foto kebersamaannya dengan pengungsi itu, "dosa" penyebaran hoaks telah dilakukannya hilang begitu saja.

Ia akhirnya memang menghapus foto yang memang berisikan hoaks, lantaran gambar terpampang di sana justru yang berasal dari kawasan lainnya, dan tak ada sangkut paut dengan tragedi yang masih berlangsung di Myanmar. Namun, sedikit mirip Jonru, Tifatul Sembiring lebih memilih menghapus saja bahkan tanpa permintaan maaf.

Bahkan kala ada pengguna Twitter menegurnya, justru eksmenteri ini berdalih bahwa banyak berita yang mengiyakan ada tragedi di Myanmar. Semacam ada keangkuhan untuk mengakui kesalahan. Serentetan berita tragedi Myanmar dipersepsikan sudah mendukung kebenaran cuitannya yang berisi foto hoaks. Seperti ada keinginan, foto itu hoaks tapi tragedi itu benar sehingga tak ada masalah lagi.

Kerancuan seperti ini juga jamak belakangan di tengah pengguna internet Indonesia. Sepanjang itu dinilai mewakili sebuah kondisi, benar atau tidak info penopang itu, tak menjadi persoalan sepanjang itu memang merepresentasikan realita. Alhasil, hoaks pun tak lagi dinilai sebagai persoalan, meski ini jelas-jelas tidak mendidik, dan terlalu berisiko terhadap nalar hingga sudut pandang.

Screenshoot percakapan mantan Menkominfo
Screenshoot percakapan mantan Menkominfo
Lantas pesan apa yang dapat dipetik dari kejadian "kecil" tersebut? Ya, bahwa hoaks kini telah begitu mewabah, sehingga publik pun acap gamang lantaran makin sulit membedakan mana benar dan salah. Toh, mantan menteri yang sehari-hari berkutat seputar informatika saja bisa terjebak ke sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun