Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Profesi Hanya Sekadar Jembatan

27 Juni 2017   09:38 Diperbarui: 27 Juni 2017   13:11 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang-orang seperti polisi itu memang acap dinilai sebagai makhluk langka di tengah zaman yang kian diidentikkan dengan era kembalinya hukum rimba; yang berkuasa maka berkuasa melakukan segalanya. Mereka memilih kembali kepada nurani. Kekuasaan, sebesar apa pun hanyalah jembatan untuk makin besarnya kesempatan melakukan kebaikan; bukan kesempatan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Ini memang berkaitan juga dengan mental. Banyak yang menerjemahkan urusan mental melulu berkaitan dengan kemampuan menahan pukulan dan tekanan, tapi masih ada yang mampu melihat bahwa ketika godaan sewenang-wenang terbuka lebar untuknya maka itu juga kesempatannya menunjukkan dirinya mampu menguasai diri.

Power tends to corrupt. Bagi mereka sukses diubah menjadi kekuasaan sebagai peluang melakukan kebaikan.

Kesempatan membawa manfaat tentu saja bukan hanya peluang bagi mereka yang berpangkat dan berada di posisi abdi negara atau mereka yang memiliki profesi yang "wah" saja. Toh, Anda pasti tidak lupa, betapa di salah satu kota, seorang bapak yang telah tua yang bekerja hanya berbekal gerobak, justru menjadi pahlawan. 

Ia menjadi pahlawan karena mencaei jalanan berlubang, dan dengan uang dan tenaganya sendiri menambal lubang-lubang itu.  Mereka itu menjadi pahlawan justru saat mereka sendiri tak berpikir untuk disebut pahlawan. Mereka hanya bergerak dan tergerak, manfaat apa yang bisa mereka berikan untuk banyak orang.

Ya, itulah yang berkelebat di benak saya sepanjang jalanan sepanjang Lebaran ini. Melihat polisi di sepanjang jalan, bekerja tanpa lelah, berdiri di pinggir hingga tengah jalan; menghirup asap kendaraan, di bawah matahari yang membakar.

Mereka yang dihormati memang bukan karena institusi, tapi karena mereka bekerja dengan nurani.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun