Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Yogyakarta Inginkan Pisah dari NKRI

26 Maret 2012   04:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13327385451671731892

Berita itu (Kompas.com, 25/3) demikian membuat jengkal-jengkal kulit dengan semua rambutnya menjadi meremang. Betapa tidak,  ketidakjelasan nasib Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta---seperti dilansir Kompas.com---membuat masyarakat semakin kecewa dengan kepemimpinan nasional Indonesia. Tak ayal membuat mereka mulai menyebut serentetan kecil kalimat yang dipastikan berdampak besar: pisah dari NKRI. Memang itu merupakan kalimat yang kemudian tercetus dari lisan GBPH Prabukusumo usai menghadiri Apel Siaga Rakyat Yogyakarta Pro Penetapan di Alun-alun Puro Pakualam, Minggu (25/3/2012). Beberapa kalangan menyebut bahwa itu hanya kalimat 'milik' keraton, bukan murni suara rakyat Yogyakarta. Sedang sebagian lagi justru menuding bahwa itu merupakan ekspresi ketakutan pihak keraton sendiri karena takut kehilangan kekuasaan. Tak kurang, sebagian malah berpandangan bahwa jika rancangan UU KDIY disahkan, justru kian menutup pintu untuk masyarakat di luar keraton berpeluang untuk juga bisa menjadi gubernur di daerah istimewa tersebut. Namun, saya kira tudingan-tudingan yang menjadi ekses dari pernyataan pihak dalam keraton tersebut, bukan kalimat yang keluar dari masyarakat Yogya sendiri. Sebab, keraton/karaton bagi masyarakat Yogya adalah inspirasi, ia menjadi kekuatan (lih: Pertumbuhan Kota Yogyakarta, Yogya Post 30 Mei 1990). Maka, ketika satu pernyataan datang dari dalam keraton, tidak bisa dihindari, itu akan demikian membawa pengaruh kepada masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Karena, terlepas bahwa modernitas telah demikian merangsek hingga ke bagian paling pelosok daerah tersebut, tetapi secara spirit, mereka dan keraton bisa dikatakan laiknya api dengan panasnya. Bahwa, satu dan lainnya identik. Meski sejauh ini belum terdengar pernyataan tertentu dari Ngarso Dalem atau Sultan Hamengku Buwono X. Tetap saja, akhirnya, kembali pada pemerintah pusat, apakah akan begitu saja menafikan suara-suara yang mengarah pada perpecahan tersebut? Atau mengambil sikap sesegera mungkin dan secara arif memberikan jawaban sebagai apresiasi  kepada masyarakat Yogyakarta? Rakyat Indonesia di belahan lain mengarahkan mata ke sana. (Follow: @zoelfick) Sumber gambar: Kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun