Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saat Rakyat Persoalkan 'Kemewahan' Pernikahan Ibas-Aliya

24 November 2011   13:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Pernikahan Ibas-Aliya (Sumber: Kompas.com)"][/caption] Malam ini (24/11) Ibas dan Aliya mungkin sedang termalu-malu satu sama lain. Melabuhkan pertama kalinya sebuah perahu yang tentu saja hanya berisi mereka berdua. Dan, mungkin saja tidak terlalu memusingkan sekian banyak tudingan yang dialamatkan pada 'sesuatu' di balik pernikahan anak dua tokoh penting di republik ini. Tetapi, keluar dari sana, lepas benar atau tidak berbagai tudingan yang dialamatkan pada mereka berdua. Terdapat banyak sisi menarik yang bisa diambil. Apa saja hal tersebut? Kesederhanaan. Kesederhanaan, untuk kalangan penguasa dan elit lainnya di republik ini menjadi sesuatu yang demikian jauh di menara gading. Sulit diharapkan bisa dengan mudah untuk diketemukan. Jangankan mereka yang memang sudah diidentikkan dengan kemewahan itu, masyarakat menengah ke bawah saja, hari ini demikian 'terangsang' untuk bisa bermewah-mewah sedemikian rupa, tak peduli apakah itu memang uang sendiri atau bahkan mungkin dari berhutang. Kompas.com menurunkan berita menarik berkaitan soal kesederhanaan. Jurnalis Icha Rastika, dkk dengan apik mengulas dari sudut pandang yang bisa menjadi 'alat sindir' untuk publik figur di republik ini. Betapa tidak, sisi kesederhanaan di bidik mereka. Dari berita dimaksud, bisa diperoleh catatan tentang kesederhanaan yang ditunjukkan lewat jenis makanan yang disajikan, yang cenderung hanya menyajikan makanan yang familiar dengan masyarakat kebanyakan di republik ini. Mengutip Kompas.com, Ramadhan Pohan, tokoh politik yang juga hadir di sana berujar,"Saya makan nasi bali, tahu, tempe, urap, sate. Dari sisi makanan, itu enggak ada yang mewah. Bahkan, kalau di resepsi gede itu sup-nya istimewa sekali, ini enggak. Untuk ukuran di Istana, sangat sederhana dibanding resepsi anak anggota DPR." Mahar Nah, bagaimana dengan mahar? Kalau melirik pernikahan Andi Soraya, publik figur yang menikah lagi setelah menjalani masa jandanya (18/11), bahkan tidak cuma berupa emas, tetapi juga ditambah dengan berlian. Sedangkan Ibas mengeluarkan mahar tidak lebih dari 100 gram, jika diuangkan berkisar 40 juta rupiah. Tentu saja 40 juta rupiah tidak lebih mahal dari 'secuil' berlian. Menyoal Biaya Pernikahan Meski mungkin pada jumlah mas kawin terhitung 'murah'. Tetapi, sedikit kurang tepat juga kalau tidak melihat pandangan 'berbeda' dari yang tidak sepandangan. Bahwa pernikahan tersebut tetap terkesan mewah, apalagi mengutip beberapa pandangan, seperti diulas Suara Karya (24/11) dengan sudut pandang dari Pengamat Politik, Iberamsjah, "SBY tidak konsisten karena menganjurkan rakyat hidup sederhana--sedang pesta pernikahan anaknya miliaran (pen). Presiden juga minta kementeriannya menghemat anggaran negaranya..." Bagaimana Rakyat Melihatnya? Merunut sekian pandangan yang muncul di berbagai media, baik cetak maupun online. Masyarakat kebanyakan di republik ini tidak terlalu menaruh peduli pada pernikahan putera presiden dimaksud. Dan, bisa dipastikan, banyak masyarakat yang bahkan mungkin tidak tahu sama sekali adanya "Royal Wedding" di istana penguasanya. Sebab, rakyat cenderung lebih terpikir pada perut anak dan istrinya dari sekadar mengurus sesuatu yang tidak memiliki keterkaitan dengan hidup mereka. Seperti saya kutip dari seorang tukang bakso yang kerap saya ajak bicara di bilangan Kebayoran,"Lha mereka nikah kan tidak mengambil uang saya. Dan saya juga tidak mendapat apa-apa dari menikahnya anak presiden..." (Also Published in: Protagoni.blogspot.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun