Tragis, militer yang harusnya bisa menjadikan wartawan sebagai partner menjalankan tugas negara, [caption id="attachment_146840" align="alignright" width="298" caption="Penganiayaan terhadap jurnalis adalah tindakan primitif. Oknum pelaku layak untuk dicopot demi nama baik institusi militer Indonesia"][/caption] justru menjadi sasaran penganiayaan. Ini terjadi pada salah satu wartawan Aceh di Simeulue. Ahmadi yang merupakan kuli tinta di Koran Harian Aceh. Dari kronologis yang disampaikan via Arsip Online, terlihat oknum militer bernama Lettu Inf. Faisal Amin yang merupakan Pasi Intel Kodim, melakukan tindak primitif terhadap wartawan tersebut karena Ahmadi tidak memenuhi permintaannya agar tidak memuat salah satu berita yang berhubungan dengan illegal logging di Simeulue. Berikut Kronologinya: Berita “Illegal Logging Marak di Simeuleu” yang dimuat di Harian Aceh, edisi Jumat 21 Mei 2010 di halaman 14 (Rubrik Daerah) berbuntut pemanggilan dan pemukulan wartawan Harian Aceh di Simeulue, Ahmadi, oleh pihak Kodim 0115 Simeulue. Untuk advokasi, berikut Harian Aceh membuat kronologis berdasarkan keterangan dari Ahmadi Jumat, Jam 09.30 WIB Sebelum Ahmadi datang ke Kodim, sebelumnnya Pasi Intel Kodim Lettu Inf. Faisal Amin sudah menelepon Ahmadi agar menghadap dia di Makodim. Ahmadi (wartawan Harian Aceh) bersama Mohd Aziz (wartawan News Investigasi Medan) datang ke Makodim, karena mereka berdua yang ikut bersama-sama meliput kasus illegal logging. Kemudian melalui unit Intel Kodim, Kardiar, yang mengiringi Ahmadi ke Makodim.. membawa Ahmadi ke lapangan tembak atas perintah dari Pasi Intel. Sementara Mohd Aziz dipisahkan dari Ahmadi, dan diminta pulang. “Saya tidak ada urusan dengan Aziz, saya punya urusan dengan Ahmadi,” kata Pasi Intel. Ahmadi kemudian dibawa ke lapangan tembak yang berada di belakang Makodim. Merasa dirinya tidak tahu atas urusan apa yang bersangkutan dipanggil, Ahmadi mencoba bertanya, “ada urusan apa bang?” Pertanyaan itu bukannya dijawab, tapi malah Pasi Intel mengambil Hp yang dipegang Ahmadi. “Apa kamu mau merekam saya?” tanya Pasi Intel Faisal. Setelah diambil, Hp itu kemudian dibuang ke parit yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tak hanya itu, Tas milik Ahmadi yang berisi laptop juga diambil dan dibuang ke jalan. Saat mengambil Hp Ahmadi, Pasi Intel sudah mencabut pistol. Entah untuk menakuti atau apa, Pasi Intel itu kemudian menembakkan pistol ke ban yang dipasang di lapangan tembak. Dengan nada membentak, Pasi Intel itu memaki-maki Ahmadi dengan kata-kata kasar. (Ahmadi tak ingat lagi apa saja yang dikatakan Pasi kecuali kamu pembohong, penipu). “Kamu pembohong, kamu penipu,” “Kamu sudah tiga kali mempermalukan saya. Saya bilang jangan dimuat, tapi kamu muat juga,” kata Pasi Intel. Kemudian selesai mengatakan itu, Ahmadi disikut ke wajah dan mengenai gigi (mulut) serta wajah dan dipukul di bagian muka. “Akan saya bunuh keluarga kamu jika berita itu tidak kamu ralat,” ancam Pasi Intel. Selesai itu, Pasi intel melepaskan tembakan untuk kedua kalinya, dan sekali dekat dengan saya. Saat itu, Ahmadi diminta membuka baju dan celana. Namun, Ahmadi tidak mau membuka celana. Saat Ahmadi diinterogasi di lapangan tembak itu, ada seorang anggota Provost. Si Pasi Intel kemudian meminta si Provost agar mengusir Mohd Azis (teman Ahmadi). “Kamu usir si wartawan satu lagi?” perintah Faisal ke Provost. [caption id="attachment_146843" align="alignleft" width="343" caption="Semoga jurnalis ke depan lebih dimanusiakan"][/caption] Selesai di situ, Ahmadi di antar Kardiar (anggota Unit Intel Kodim) keluar dari lapangan tembak. Saat mengantar itu, Kardiar menyarankan Ahmadi agar melapor langsung ke Dandim dan Pangdam (Tapi kata Ahmadi, si Kardiar minta agar dia tak dilibatkan karena juga bisa membuat dirinya terancam). Menurut Ahmadi, bisa jadi si Kardiar kasihan dan ingin menolong Ahmadi. Karena hubungan mereka selama ini dengan pihak Kodim sangat baik. Dari Kodim, sekitar jam 13.00 WIB Ahmadi melaporkan kasus pemukulan dirinya ke Polres Simeulue termasuk meminta surat keterangan agar bisa melakukan visum. Saat melaporkan ke Polres, Ahmadi menjumpai Wakapolres Kompol Azas Siagian, dan diarahkan menjumpai bagian KSTK (bagian pengaduan). Selesai di Polres, Ahmadi shalat Jumat. Dan jam 16.00 WIB Ahmadi pergi ke Rumah Sakit untuk melakukan visum dengan dengan diantar anggota Polres. Di Rumah Sakit Ahmadi dirontgen dan diperiksa, hingga jam 18.00. Menurut keterangan orang rumah sakit, kata Ahmadi, hasil visum baru keluar hari Senin (24/5) mendatang. Saat mereka berada di Rumah Sakit, anggota dari Unit Intel Kodim (namanya tidak diketahui) menelepon Mohd Aziz (teman Ahmadi) dan menanyakan sedang dimana dan soal Ahmadi. “Mana Ahmadi?” tanya anggota unit intel. “Saya tidak tahu, bang?” jawab Mohd Aziz. “Kamu dimana sekarang?” tanya anggota lagi. “ Saya di Rumah Sakit,” jawab Aziz. “Ngapain kamu di Rumah Sakit?” anggota intel bertanya lagi. “Sepupu saya ada yang sakit,” jawabnya. Kondisi terakhir Ahmadi trauma berat. Wajahnya bengkak dan dadanya lebam. Agar tidak terjadi sesuatu, Ahmadi mengungsikan keluarganya ke tempat famili. Menurut Ahmadi, Wakapolres menawarkan Ahmadi agar menginap di komplek Polres. Tapi, Ahmadi menolaknya (Sumber: disini). Sedang Kompas.com, dalam beritanya menyebutkan Oknum pelaku sudah ditangkap. "Mereka ditahan dan tidak boleh melakukan tugasnya sebagai perwira sampai proses atas kasus ini selesai," kata Mayor Yuli Marjoko. Demikian seperti dikutip di sini. Semoga saja, kejadian demikian tidak lagi terjadi. Karena jelas, tindakan oknum tersebut tidak hanya mencoreng nama institusi, tetapi juga nama Indonesia yang selama ini terpuruk oleh berbagai persoalan yang belum menemukan titik akhir. Sumber gambar: Kompas.com dan ini Juga dipublikasikan di: Pedestrian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H