Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AA Gym: Bergantung Hanya pada Allah

1 Juli 2010   16:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_182614" align="alignright" width="270" caption="Hanya Allah satu-satunya tempat paling tempat untuk hati bergantung (Gbr: Google Images)"][/caption] "Apa saja yang terjadi dalam hidup, lebih banyak disebabkan oleh diri kita sendiri. Tak ada keburukan yang terjadi tanpa sebab." Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang da'i yang dikenal dengan konsep manajemen qalbu-nya, dalam kajian tentang ma'rifatullah (mengenal Allah) di Mesjid Daarut Tauhid, Geger Kalong, malam ini (1/7). Dalam kajian rutin setiap Kamis malam yang dihadiri ribuan jamaah, muballigh yang memiliki nama lengkap Abdullah Gymnastiar tersebut mengupas tentang salah satu asma Allah, Yang Memberi Ancaman. "Allah mengancam manusia bukan karena membenci manusia, bukan karena membenci kita tetapi Dia mengancam manusia juga karena Dia mencintai kita. Sedangkan pada dasarnya, kalau yang sebenarnya mengancam diri kita adalah diri kita sendiri. Setiap kesalahan, setiap maksiat yang kita kerjakan itu adalah ranjau yang kita ciptakan sendiri. Ranjau yang kita pasang sendiri di jalan-jalan yang akan kita lalui sendiri. Nah, jika kemudian kita celaka, menderita memang lebih karena disebabkan oleh ulah kita sendiri yang tidak pernah mau memperbaiki kesalahan. Untuk menghadap Allah saja dengan shalat kita masih lebih sering bermain-main. Mulut berucap Allaahu Akbar, tetapi hati membesarkan yang lain dalam arti mengingat yang lain. Contoh saja tadi, bisa saja ada di antara jamaah di sini yang sempat berpikir, tumben Aa jadi imam?" Urai Aa Gym dengan menyentil shalat jamaah isya yang baru diimami oleh beliau. "Kita sudah memasang ranjau berupa paku, duri dan berbagai ancaman lainnya dengan semua maksiat kita. Nah, tidak ada jalan lain untuk membersihkan ranjau-ranjau itu selain dengan jujur mengakui kesalahan diri sendiri, lalu memperbanyak kebaikan bukan karena siapa-siapa tetapi semata-mata karena Allah. Memberi bantuan untuk saudara yang lebih lemah tidak untuk disebut dermawan. Maju ke medan jihad tidak untuk disebut sebagai pemberani. Tidak penting sebutan-sebutan itu maupun semua pujian. Mau dicaci juga, yang baik tetap baik. Nabi Muhammad SAW, rasul kita dulunya apakah hidupnya tidak mendapatkan ancaman dan caci maki? Beliau justru disebut dengan bermacam-macam, dituduh tukang sihir, penipu. Tapi apakah itu mengurangi kemuliaan beliau? Tidak, hadirin. Cacian orang untuk kita tidak akan memberi pengaruh buruk apapun. Yang bermasalah kalau kita mencaci orang lain. Yang harus kita takutkan itu adalah jika Allah yang menghinakan diri kita karena semua dosa-dosa yang tidak pernah kita tinggalkan. Kalau dari manusia, gak ngaruh. Allah berkuasa untuk meninggikan derajat kita dengan semua kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena-Nya, dan tidak ada yang bisa menjatuhkan kita dalam kehinaan ketika Dia sendiri yang meninggikan kita di antara manusia lainnya. Makanya, yang harus kita takutkan itu cuma Dia saja. Karena tidak ada tempat yang luput dari pantauannya." "Sekarang lihat saja, banyak orang yang berpikir bahwa melakukan kemaksiatan di kamar yang tersembunyi, ia sudah merasa aman. Padahal dia tidak tahu, bisa jadi karena kehendak Allah, ada kamera yang tersembunyi, lalu kemudian maksiat itu diketahui orang-orang. Tidak ada yang tidak mampu dilakukan Allah. Kenapa juga selama ini kita merasa aman saat melakukan sekian banyak dosa?"  Lanjut beliau yang membuat jamaah peserta kajian tertunduk dalam-dalam seperti sedang menyesali kesalahan-kesalahan yang sudah pernah dilakukan. "Ada yang tanyakan, kok orang-orang yang shaleh banyak juga yang menderita yang bahkan miskin sama sekali. Nah, ini terlihat di mata kita seakan-akan orang shaleh ini menderita, padahal sebenarnya tidak. Orang shaleh mungkin memang ada yang memiliki rumah sempit, rumah kecil, tetapi hatinya mungkin jauh lebih lapang daripada orang yang berumah besar. Yang parah, kalau misal kita sudah memiliki rumah sempit, lalu kemudian juga memiliki hati yang sempit. Ini yang disebut musibah." Terangnya yang disambut dengan gelak jamaah. "Kita melihat orang yang naik mobil mewah, seolah mereka itu sudah sangat enak hidupnya. Sampai kemudian kita pun larut dalam angan-angan karena merasa mereka bisa hidup dengan mewah dan enak. Sedang kita tidak tahu mungkin orang yang memiliki mobil mengkilap itu sedang pusing sendiri memikirkan setoran kreditan mobil yang dinaikinya. Jadi kita tidak perlu silau dengan hal-hal yang demikian. Yang lebih penting, coba dan terus mencoba untuk mendekat pada Allah. Dan serius mendekat pada-Nya. Jangan seperti orang ketemu pejabat penting, misal saja. Pejabat tersebut berkeinginan untuk membantu kita, sedang kita malah bicara ngawur dan menyampaikan maksud tujuan kita menghadapnya secara ngawur pula." "Begitu juga, Allah dekat dengan kita saat kita melakukan ibadah termasuk dengan majelis taklim seperti ini, apa yang kita inginkan ya sampaikan dengan baik pada-Nya. Kita berdiri shalat untuk menyampaikan apa saja maksud hati pada-Nya, jangan membaca ayat-ayat-Nya secara ngawur, yakin dan pastikan kita sudah menghadap dan bicara pada-Nya dengan sepenuh hati. Jika kemudian memang kita terlanjur 'bermain-main' dalam ibadah, lupakan untuk meminta pahala dan balasan dari-Nya. Cukup cuma dengan meminta ampunan dari-Nya atas semua kelalaian yang selama ini kita lakukan." [caption id="attachment_182619" align="alignleft" width="300" caption="Orang-orang mungkin menghina kita, tetapi kita tidak perlu merasa takut dengan hinaan itu. Karena penghinaan itu tidak akan membuat yang mulia lalu serta merta menjadi rendah. Semua Allah yang menentukan (Gbr: Google Images)"][/caption] "Tidak ada yang harus lebih kita takutkan selain hanya takut pada-Nya. Manusia boleh saja mengancam kita, tetapi jika Dia tidak izinkan ancaman itu terjadi, tetap tidak akan terjadi. Manusia boleh berniat menganiaya kita, tetapi jika Allah tidak izinkan terjadi, tetap tidak akan terjadi. Karena kita makhluk-Nya dan berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, apalagi yang harus kita harapkan selain hanya kedekatan dengan-Nya, tidak ada yang lebih tinggi dari itu. Kemudian, dalam perjalanan mendekat pada-Nya, kita jangan hanya dibuai dengan semua yang kita ingin. Tidak semua yang kita ingin itu baik, tidak semua yang kita ingin itu adalah yang kita butuhkan. Yang harus kita lakukan terus menerus meminta petunjuk yang terbaik dari-Nya atas yang terbaik dalam hidup kita. Hidup untuk tetap bisa melakukan kebaikan, hidup dengan membawa kebaikan, dan kelak bisa mati dalam kebaikan." Panjang lebar kupasan dari salah satu da'i kondang tersebut. Pada akhir pengajian, jamaah diajak berzikir secara bersama-sama dan beristighfar. Isak tangis terdengar dari yang berhadir dalam pengajian tersebut. Kemudian, Aa Gym juga meminta doa dari yang berhadir agar berkenan mendoakan beliau karena malam ini juga beliau berangkat umrah,"Jika ada umur panjang Aa selamat, saya bisa kembali berada di pesantren ini bersama hadirin semua. Tetapi jika kehendak Allah membuat saya tidak bisa pulang lagi ke sini, mohon dijaga agar pesantren ini bisa dijaga bersama-sama. Subhanakallaahumma wa bihamdika, asyhaduanlaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik." (ZA) ---------- Reportase ini juga pengganti janji saya untuk sahabat: Hazmi Fitriyasa yang Jumat lalu saya janjikan untuk bisa menulis isi khutbah Jumat yang saya dapat dari Mesjid Daarut Tauhid. Geger Kalong, 1 Juli 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun