Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shalat Sambil Tertawa

31 Maret 2010   07:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya, saya bisa shalat dengan tenang. Seperti umumnya orang shalat, mata menatap ke tempat sujud. Tapi, gerak-gerik yang terjadi di depan agak ke kanan saya sedikit mengganggu kekhusyuan. Yap, ini studi kasus di Mesjid Daarut Tauhid (kalau saya sebut Mesjid Aa Gym mungkin lebih dikenal). Seorang bocah kecil, berusia sekitar 2,5 tahun. Pertama sekali saya lihat sebelum shalat zuhur tadi dimulai. Dia berdiri tenang, persis seperti orang dewasa. [caption id="attachment_107125" align="alignleft" width="276" caption="Duh, shalatku. Untung bukan niat untuk berharap pahala (Gbr: Google)"][/caption] Tetapi, saat shalat sudah dimulai, anak ini entah jenuh mulai beraksi. Ia merayap di sela-sela kaki lelaki muda yang saya yakini sebagai bapaknya. Merayap persis seperti tentara yang sedang latihan merayap. Dari depan ayahnya, terus ke belakang. Begitu sebaliknya dan juga seterusnya. Sedangkan dalam shalat tentu tidak terus menerus berdiri saja. Tetapi ada ruku', sujud dan duduk antara dua sujud. Nah, ketika si anak sedang seru-serunya bermain dengan lamunan sebagai seorang tentara yang sedang merayap, dan saya sedang mencoba konsentrasi lagi untuk shalat. Tak lama terdengar suara Aaaaaaakkkkkhhhhhhhhhh (bayangin suara anak kecil kejepit). Sontak saya melihat, tentara kecil ini terjepit oleh Bapaknya saat sedang duduk antara 2 sujud. Teriakannya itu yang membuat tawa saya hampir saja meledak. Apalagi, kendati dalam shalat dimakruhkan melihat-lihat, tetapi saya tidak bisa mengelak untuk melihat anak ini dengan ekspresi polosnya, menatap ke arah Ayahnya yang seperti tidak berperikemanusiaan seperti yang diajarkan Pancasila.

***

Setan dalam Sarung Sekitar 10 tahun yang lalu. Ketika itu sedang bulan Ramadhan. Kebetulan saya dipercaya sebagai salah [caption id="attachment_107126" align="alignright" width="299" caption="Yang shalat"][/caption] satu panitia Ramadhan yang kerap menjalankan tugas membaca susunan kegiatan Ramadhan selepas Isya, jelang tarawih. Tentu, saya selalu berkesempatan untuk berdiri di shaf paling depan. Kadang kala persis di belakang imam. Ketika tarawih sedang di mulai, Imam demikian syahdunya membaca ayat demi ayat. Tetapi setelah satu rakaat, terlihat Imam mulai sibuk. Ia sesekali menggoyang-goyang sarungnya. Sesekali agak berjingkat. Mendesis, juga terdengar ia meringis menahan sakit. Beberapa jamaah shalat yang berada di kiri kanan saya mulai terlihat senyum (meskipun tidak melirik, tetap saja terlihat). Bahkan ada bapak-bapak yang mulai terkekeh, meski coba ia redam sebisanya. Apalagi, tayangan tidak lazim dalam shalat berupa goyangan-goyangan yang memang tidak erotis itu, juga dialami salah satu jamaah. Iya, saya sendiri. Saya juga mengalami seperti yang dialami Imam. Terasa ada sesuatu dalam sarung (terlalu vulgar rasanya kalau saya sebut dalam celana). 'Sesuatu' itu bergerak, menggigit. Juga benar-benar tidak berperikemanusiaan. Saya hampir saja membatalkan shalat saking tidak tahannya. Di depan, Imam juga seperti tersengal-sengal membaca ayat. Jelas karena ia ternyata juga menjadi korban "syaithan" yang masuk dalam sarung. Alhamdulillah, 4 rakaat pertama sukses. Selesai salam kiri kanan, bergegas Imam ini bangun dari tempat duduknya menuju ruangan panitia mesjid. Tentu saja, saya yang juga dari tadi disiksa makhluk tak terlihat itu jingkat-jingkat masuk ke dalam (tak terlihat karena memang berada di dalam sarung). Meng-check, jenis syaithan seperti apa yang mengganggu. Oh, Tuhan, ternyata walangsangit sedang berontak di daerah paling rahasia. Duh.

***

Terkadang dalam hidup. Kita berhadapan dengan hal yang terlihat lucu. Tetapi yang lucu itu tak jarang membuat kita lupa atas apa yang menjadi tujuan. Sumber Photo: Di sini dan di sana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun