Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nama Besar

2 Juli 2010   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:08 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ini yang pernah dimaksudkan Shakespeare ratusan tahun lalu, apa arti sebuah nama. Karena yang menentukan banyak hal tidak melulu soal nama. Itu pula yang saya simak dari kemenangan Belanda atas Brasil.

Silahkan membaca ulasan koran-koran dan media lain, genap dengan komentar sekian pakar bola di banyak televisi. Di sana, Brasil masih jauh lebih diunggulkan daripada Belanda. Kenapa? Secara sederhana memang Belanda tidak memiliki nama sebesar Brasil dalam dunia pesepakbolaan.

Simak saja catatan berikut:


  • (1958) di Swedia, juara BRAZIL
  • (1962) di Cile, juara BRAZIL
  • (1970) di Meksiko, juara BRAZIL
  • (1994) di Amerika Serikat, juara BRAZIL
  • (2002) di Korea Dan Jepang, masih dijuarai BRASIL


Sedang Belanda, seingat saya samasekali belum pernah menoreh juara dunia sekali pun dalam ajang olah si kulit bundar level internasional itu. Efek dari itu, Brasil mungkin masuk ke lapangan pertandingan dengan berbusung dada. Sedang Belanda masuk ke lapangan dengan segenap rasa waspada. Yang satu berbusung dada yang tentu saja mengisyaratkan kebanggaan besar atas prestasi berkali-kali yang pernah diperoleh. Sedang yang lainnya, maju dengan waspada.

Berbusung dada tentu karena kembali pada faktor nama. Sedangkan waspada murni karena dorongan alami kesadaran penuh atas plus minus mereka. Lalu, saya kira tidak aneh jika kemudian bisa membuat dada pemain Brasil kembali pada bentuk normal, bahkan agak membungkuk karena nama itu sudah tercoret sebagai salah satu favorit dunia yang bisa buktikan kebesaran dari nama.

Jadi, saya melihat soal nama bisa menjadi penyebab kuat munculnya sekian efek domino negatif. Mata tidak akan terang melihat dan pikiran menumpul plus pikiran tidak akan semaksimal mereka yang waspada. Ini kalau menyimak lagi bahwa permainan bola membutuhkan mata (lebih luas, fisik) untuk bisa membaca dan menyikapi kekuatan lawan. Pikiran yang membantu untuk mencari strategi jitu untuk melumpuhkan lawan. Dan itu, sepenglihatan saya mendera Brasil thok disebabkan persoalan nama.

Nah, dari sini, saya sendiri meraba kemungkinan bahwa Belanda akan melejit sebagai juara pada perhelatan piala dunia kali ini. Karena pertimbangan, jika ke depan harus berhadapan dengan Jerman atau Argentina pun peluang Belanda tetap besar, ketika misal mereka konsisten dalam kewaspadaan yang memberi efek positif untuk mata dan pikiran untuk tetap terang. Sebab, bukan tidak mungkin Jerman dan Argentina memiliki hal yang sama dengan Brasil, sedikit menikmati buaian nama.

Ah, ternyata perhelatan itu juga harus diakui memang untuk mencari nama. Sedang negeriku, masih bernama Indonesia (saya paksakan masuk sedikit nama negeriku ini, agar mereka juga bisa paksakan diri untuk terus mencari jalan terbaik agar bisa sejajar dengan 'pebola' lain di pentas internasional. Tidak melulu merasa puas cuma bisa bermain di level regional).

Geger Kalong, 3 Juli 2010 (ZA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun