Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Kemenangan (Energy of Shalah)

14 Maret 2010   11:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_93362" align="alignleft" width="190" caption="Iyyaaka na'budu, waiyyaka nasta'ien (Gbr: Google)"][/caption] Hayya 'alash shalah. Hayya 'alal falah

***

"Wahai, indah nian suara itu" "Iya, itu suara azan. Kau tidak mendengarnya?" "Tidak." "Sudah berapa usiamu?" "Menuju setengah abad." "Dulu, tinggal dimana?" "Di sini juga." "Bagaimana bisa anda tidak mendengar suara itu dulunya, Pak." "Karena memang, saat menyadari semakin dekat diriku ke kuburan, sepertinya suara itu kian terang. Dulu tidak pernah bisa terdengar jelas seperti ini." 'Anda merasakan keanehan dari ini?" "iya, ternyata telinga memang lebih terang saat usia sudah merangkak senja."

***

Hidup adalah jalinan cinta. Keringat dari Shalah dan Falah. Memberi indah yang takkan pecah. Memberi cerah, hilangkan resah. Tetapi seringkali, orang-orang cerdas jauh lebih suka memilih untuk membantah. Shalah dan Falah terdiam Melihat orang-orang cerdas yang begitu meyakini kecerdasan mereka. Orang-orang berharta yang begitu meyakini, harta itu milik mereka. Suami-suami muda yang begitu yakin istrinya itu sebagai milik mereka. Para lajang yang merasa kecantikan, ketampanan sebagai miliknya utuh. Duh...

***

Shalah dan Falah terdiam Kecantikan para wanita menjadi Tuhan untuk  mereka sendiri. Ketampanan para pria juga disembah oleh mereka sendiri. Persis di depan kelelakian mereka yang menyerupai menara-menara setan. Dan, telunjuk lelaki mengarah pada perempuan. Telunjuk lawan jenisnya itu juga mengarah padanya. Saat berhadapan dengan satu kondisi yang tak rapi. Ia, mereka saling caci karena hati sudah dikotori benci. Setelah seratus tahun bicarakan senggama tanpa henti.

***

Shalah dan Falah angkat bicara "Hanya dua saja yang menjadi penghuni, menjadi pejalan, menjadi pengambil napas, peminjam nyawa, peminjam harta, peminjam anak. Perempuan dan lelaki. Tidak ada milik kalian jika kalian sudah mengerti: ...iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'ien." "Sepuluh ribu langkah yang terayun, takkan pernah mengubah sejarah, jika kau tidak pernah melihat keberadaan kekuatan yang dititipkan Tuhan lewatku, Falah." ---------------------- Shalah: Shalat Falah: Kemenangan Iyyakana'budu wa iyyaka nasta'ien: Pada-Mu kami menyembah, pada-Mu kami mohon pertolongan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun