Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jumat bersama Aa Gym

5 Maret 2010   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_86777" align="alignleft" width="298" caption="Kejujuran itu pada sikap "][/caption] Alhamdulillah, siang ini saya berkesempatan untuk shalat jum'at di Mesjid Seribu Tangan, Gegerkalong. Kebetulan yang menjadi khatib adalah sosok inspirasional, Aa Gym. Dalam khutbahnya, ia mengajak untuk mendalami tauhid. Hanya menggantungkan diri pada Allah. Cuma percaya pada pertolongan Allah, dan selalu percaya Dia cukup mampu ujudkan apapun yang dibutuhkan hamba-Nya. Kemudian penekanan pada keikhlasan. Apapun yang terjadi, keikhlasan selalu lebih mampu membuat seseorang bahagia. Beberapa point yang sempat saya simak. 1. Jangan diperbudak oleh uang. Silahkan mencari nafkah tetapi jangan mencari uang. Mencari nafkah lebih punya nilai ibadah. Daripada sekedar mencari uang yang cenderung memposisikan kita sebagai budak uang. Mencari uang seringkali membuat hati dipenuhi keserakahan. Diamuk ketamakan, resah dan gelisah. 2, Jangan suka bertopeng. Silahkan jujur saja. Jangan hanya teriak-teriak tentang kejujuran, sedang pada praktiknya begitu jauh dari kejujuran. Kemunafikan, sesuatu yang dibuat-buat, kebaikan yang dipaksa-paksa tidak akan pernah menenteramkan hati. Sedangkan kejujuran lebih punya daya untuk kita lebih jernih melihat yang "seharusnya" dan tidak seharusnya. 3. Dalam hal keikhlasan, lihatlah tukang parkir. Berbagai mobil bermerk, bermacam kendaraan mewah dimilikinya. Ketika semua hilang, dia tidak pernah menjadikan itu kerisauan. Kendari ilustrasi ini acap disampaikan, namun melihat kondisi riil di sekeliling, tak pelak hal ini layak untuk direnungkan 4. Kebahagiaan itu pada kelapangan hati. Terserah orang mau memuji atau mencaci. Orang mau apa juga, terserah. Yang penting kita yakin berdiri tegak dalam kebenaran. Toh, sepahit apapun kebenaran, tetap kelak akan berujung pada kemenangan. 5. Jangan suka memuji, juga jangan larut oleh pujian. Seringkali pujian membuat mata hati membuta, bahkan buta sama sekali. Pujian membutakan. Sebaiknya ketika sebuah anugerah didapat, cukup Allah saja yang dipuji. Sebab, jika memuji manusia, bisa saja menjebak orang tersebut dalam perasaan melambung tinggi ke awan, sehingga tidak bisa melihat tanah lagi. Semoga menginspirasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun