Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak untuk Peri

12 Januari 2010   20:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_52966" align="aligncenter" width="300" caption="rasa yang tertulis usai senda senja (Gbr: CM)"][/caption] kuambil segenggam pasir dari pantai senja di suatu ketika menabur ke langit malam dan menjadi gemintang yang menindih pekat yang tetap membuta lalu terjatuh sebagai seuntai senyum mengelus dada yang belum mengenal makna rasa bangga menjadi deretan tanya yang terlihat serupa senda pada riak kecil embun yang menjadi peri-peri telanjang aku hanya berdiri menatap karena telah berubah wujud laiknya seekor musang tanpa puisi yang bisa kudeklamasikan dengan irama garang salah satu peri memintaku untuk bicara pelan saja tak perlu terlalu lantang ia telah terjatuh tepat di pelukanku tanpa seuntai jua ragu mengelus daguku yang lebih mirip bongkah-bongkah bebatuan kuyu dan mengusap setiap inci jiwa yang telah menjadi puisi-puisi rindu tanpa kamar untuk bercerita tentang ombak yang semakin menderu Aceh, 13012010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun