Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Cinta Marcus Aurelius

29 Desember 2009   11:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_45242" align="alignleft" width="300" caption="Bukan sang kaisar yang diabadikan, tetapi pelajaran cintanya yang tidak diizinkan Tuhan menghilang begitu saja"][/caption]Lakukan hal-hal penting yang kelak bisa ditulis daripada sekedar menulis hal-hal penting untuk dibaca.

Sepintas mirip dengan kalimat yang pernah ditulskan Benjamin Franklin. Tetapi, saya yakin anda bisa melihat perbedaan dari kalimat diatas dengan kalimat Franklin yang di tuliskannya dalam Autobigraphy: "Bila setelah mati nanti, anda ingin untuk tetap diingat oleh orang-orang, maka tulislah hal-hal yang penting untuk dibaca. Atau, lakukan hal-hal yang penting untuk ditulis." Dalam pandangan mata saya yang memang sudah mulai merabun ini, kalimat Franklin mungkin lebih bijak. Karena ia menawarkan kedua pilihan itu dengan memposisikannya pada persandingan pilihan yang setara. Sedangkan saya--tanpa bermaksud untuk disebut lebih bijak dari Franklin--, cenderung ingin mengatakan, menulis hal-hal penting untuk dibaca tidak lebih penting dari melakukan hal-hal penting yang kelak juga bisa dituliskan. Topik disini jelas pada penting dan yang lebih penting antara menulis dan perbuatan.

Sebentar, izinkan saya mengambil pikiran anda untuk saya tawan. Kemudian saya ajak untuk pergi ke sebuah dunia yang disebut realitas. Jika saya seorang maling dan kemudian menulis tentang kejujuran, apakah tulisan saya akan membekas di hati anda? Saya kira tidak. Jika tulisan saya itu berbentuk buku, dan anda kemudian tahu bahwa saya hanya seorang maling. Meski bukan kemungkinan besar, tetap saja kemungkinan buku itu tercampakkan dalam tong sampah bisa saja terjadi.

Pernah anda temukan buku Marcus Aurelius, Meditations? Buku itu bukanlah buku yang terlalu tebal. Tetapi buku itu adalah air dari lembah-lembah salju yang mengalir hingga ke hati. Yang sekaligus mampu menghadirkan pemandangan indah salju saat dibelai matahari yang termalu-malu. Membawa pelajaran Stoikis, sebuah aliran filsafat yang muncul awalnya di Yunani pada 300 SM. Penekanan pada kewajiban adalah filosofi dasar yang dipakai. Disamping ajakan keselarasan dengan alam, tidak terlalu bernafsu pada kesenangan, pemaksimalan penggunaan akal budi, serta tidak takut dengan kematian.

Yang dilakukan Marcus adalah ketegasan bahwa apa yang telah dilakukan jauh lebih penting dari sekedar apa yang dituliskan. Ia melakukan terlebih dahulu hal-hal penting saat ia menjadi Kaisar Romawi, tahun 161 SM. Saat sedang memulai kekuasaannya, Roma sedang berada dalam posisi sangat rentan. Peperangan yang menjadi kebiasaan, penyakit yang mewabah dari para prajurit yang pulang dari medan perang. Selanjutnya, kebijaksanaannya berhasil menunjukkan prestasi cinta seorang Kaisar. Walau akhirnya ia harus tergantikan oleh Commodus yang anarkis.

Jika kemudian Marcus mencatatnya dalam buku, tetapi buku yang ia tuliskan itu memang bukan untuk menjadi pengkhotbah pada masyarakat bumi. Energi kata yang ia alirkan dalam buku itu kemudian malah mencuatkan dirinya dan terlihat oleh para pecinta kejujuran, pemuja ruh-ruh ksatria. Dan buku itupun selanjutnya menjadi surat cinta yang mengundang rindu. Untuk kita yang masih mengeja dan mengenal semua alphabet kehidupan.

Renungan kecil atas sebuah prinsip

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun