Ya, keheranan saya ini ketika salah seorang anggota Batalyon 111/Raider Kodam Iskandar Muda, Praka Heri mengakui terlibat dalam kasus lainnya, penembakan terhadap caleg dari Partai Nasional Demokrat pada 16 Februari 2014 (sumber). Disebutkan, alasan prajurit tersebut meminjamkan senjata itu karena dia dan pelaku langsung penembakan adalah teman baik.
Alasan lebih jauh, seperti dijelaskan Kadispen TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa, saat meminnjamkan senjatanya, sang prajurit pun sedang dalam pengaruh narkoba. Sangat masuk akal, memang. Tapi juga masuk akal, saya kira, bahwa jika satu titik api muncul, maka titik api lainnya takkan jauh-jauh dari titik api yang pertama. Tujuannya?
Aceh itu daerah yang baru menjelang sembilan tahun damai. Lazimnya satu kawasan yang baru selesai perang, sementara para pihak yang terlibat perang kini saling membaur, kesepakatan damai tercapai, tapi masalah sebenarnya belumlah selesai. Itu adalah masalah siapa sebenarnya yang harus menjadi tuan di Aceh? Ini bisa jadi merupakan alasan besar di balik penembakan demi penembakan terjadi.
Jika ini tidak benar-benar terjawab, saya ingin menyederhanakan kesimpulan saja, artinya Aceh merupakan proyek gagal pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Perdamaian yang digadang-gadang sebagai sebuah keberhasilan SBY, hanyalah perdamaian di permukaan, untuk terlihat di mata internasional. Sementara pada realitasnya, perang itu sama sekali belum berhenti.
Maaf, Pak Presiden, akhirnya saya justru menyangsikan Anda! (FOLLOW: @zoelfick)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H