Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meraba Pertarungan di Mahkamah Konstitusi

13 Agustus 2014   09:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:40 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14078706041283913286

Maka diminta bukti demi bukti untuk disodorkan kepada para hakim di mahkamah tersebut. Mereka mengujinya dan mereka akan menelaah semua yang diberikan itu. Sehingga, sejak jauh-jauh hari, dengan bijak para hakim mengatakan kepada pihak penggugat, "Silakan lengkapi dulu data-data yang ada."

Sejauh ini, saya pribadi masih percaya, di tengah fakta bahwa rakyat terpecah untuk berpihak ke salah satu dari dua pihak yang bersengketa, hakim masih bisa berdiri di tengah kedua pihak itu. Walaupun, di tengah perkara ini, ujung senapan serangan gugatan kubu penggugat tertuju ke banyak pihak, tak terkecuali kepada penyelenggara Pilpres 2014 (baca: KPU).

Kepercayaan saya adalah bahwa para hakim kali ini adalah mereka yang memang telah lebih teruji, setelah MK pernah mengalami masalah akibat salah satu oknum hakim, Akil Mochtar, menodai institusi itu lewat sederet sepak terjangnya.

Apalagi jika menyimak profil hakim-hakim yang saat ini dipercaya menduduki jabatan berat dan sulit itu, mereka terkenal sebagai orang-orang yang memiliki integritas. Belum pernah memiliki cacat yang membuat citra mereka sebagai hakim di institusi sekelas MK layak untuk disangsikan.

Di tengah-tengah hakim itu, semua pihak yang berkaitan dan datang untuk berharap keadilan, saling menguji taji.

Memang, masyarakat yang menyimak jalannya pertarungan hukum itu, juga akan melihat pihak mana yang hanya mengandalkan tajamnya taji, dan mana saja yang lebih mementingkan kekuatan. Muncul dari bagaimana mereka membicarakan temuan-temuan yang disebut sebagai bukti. Apa saja alat bukti yang bisa disuguhkan pun, sebagian telah disuguhkan, dan bisa dilihat secara transparan oleh publik.

Namun lagi-lagi, masih ada saja pihak yang dengan entengnya mengatakan, bahwa taji yang mereka miliki akan lebih meyakinkan untuk memenangkan sidang sengketa itu.

Satu bentuk sesumbar yang mampu membakar kepercayaan diri dan keyakinan pun secara silih berganti disampaikan. Dilakukan tidak saja di dalam persidangan, tapi juga di luar sidang ketika berhadapan dengan media.

Tak heran jika kemudian ada pengikut mereka yang mengajukan gugatan itu terbawa dalam suatu lamunan yang sangat indah. Seperti halnya lamunan, ketika kemudian harus melihat kenyataan yang sebenarnya, maka sisi emosi akan lebih tersentuh. Berang, jengkel, marah, kesal, dan berbagai perasaan serupa bisa merasuki mereka. Kenapa lamunan itu harus buyar?

Tentu saja, sejatinya yang dibutuhkan bukanlah keindahan dalam lamunan seperti itu. Manis atau pahit, hal-hal yang nyata, jauh lebih pantas dihargai.

Saya kira, menjadi hal penting, bagi pihak mana saja untuk memberikan pemahaman seperti itu kepada pengikut mereka. Apalagi, ketika kita dapati fakta, begitu banyak massa dengan mudah bisa digerakkan bahkan ketika sidang masih sedang berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun