Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Skandal DIKTI: Ironi Kuliah di Luar Negeri

6 September 2014   10:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28 10330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14099493901398127147

Djoko Santoso juga mengatakan, para mahasiswa tersebut memiliki forum komunikasi yang berisi tak kurang dari 3 ribu mahasiswa. Di forum itu, para mahasiswa ini kerap mendiskusikan apa saja yang terjadi dan berbagai masalah yang mereka hadapi.

Bahkan, menurutnya, baru-baru ini ia berkunjung ke luar negeri, bersua para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa DIKTI, justru tak terjadi masalah apa-apa. "Wong saya ke luar negeri. Ketemu, mereka baik-baik saja kok," kata Djoko, seperti dilansir DETIK.COM. "Saya baru bertemu di Jepang, dan mereka baik-baik saja."

Lalu bagaimana dengan isi laporan yang dibantah Dirjen DIKTI itu?

Rekan saya yang juga penerima beasiswa DIKTI ini memberikan sebuah link, apa saja laporan yang disampaikan ke pihak UKP4 (selengkapnya di SINI). Di laporan tersebut, mahasiswa pelapor menyampaikan laporan tanpa menuliskan nama lengkapnya. Walaupun, saya pribadi menilai ini sebagai langkah keliru, tapi menyimak seperti apa "kediktatoran" ala DIKTI, saya mencoba mafhum. Sebab, perkiraan saya, ini memang tak ubahnya surat kaleng, berisi tapi tak bernama.

Sehingga saya konfirmasikan ke rekan saya tersebut. Apa saja konsekuensi jika mereka terbuka dan berterus terang? Artinya, jika sudah begitu, harus ada dari mereka yang bersedia pasang badan, menyampaikan persoalan tersebut ke publik agar terendus pihak terkait. Tapi ia memastikan, hal itu sangat mustahil dilakukan. Sebab sudah pasti takkan ada yang bersedia menanggung risiko dipecat dari penerima beasiswa itu.

Kembali berusaha memaklumi situasi yang membuat mereka terjepit, maju kena mundur kena, saya tegaskan saja, "Baiklah, saya bantu blow-up masalah ini, walaupun risiko dari kasus ini juga bisa menimpa saya."

Lantas saya coba telusuri persoalan apa saja yang sebenarnya terjadi dan dialami mereka. Berikut laporan tersebut--sekali lagi--tanpa nama lengkap pelapor.

(1) Komunikasi ke Pengelola Beasiswa di DIKTI tidak pernah memperoleh balasan, bahkan di forum komunikasi bersama di http://studi.dikti.go.id/forum, pengelola tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ini keluhan mayoritas penerima Beasiswa LN Dikti diberbagai negara. Bisa dicek.

(2) Pada 20 Mei 2014, ada pengumuman dari Pengelola, agar kami melengkapi beberapa hal agar pencairan bisa dilakukan paling lambat sebelum lebaran 28 Juli 2014. Kami sudah melengkapinya, setelah itu tidak ada perkembangan informasi apapun. Dan hingga kini Beasiswa belum kami terima juga, dengan alasan yang tidak kami ketahui.

(3) Terakhir, pada 15 Agustus 2014, ada penjelasan dari Pengelola melalui forum online di atas "pencairan sedang diproses". Ketika saya bertanya, kapan diperkirakan akan cair, TIDAK ADA JAWABAN. Kami sudah terlambat membayar flat, air, listrik, gas, telepon selama 2 bulan. Kalau penagih datang, tidak mungkin kami bilang: "sedang diproses". Kami butuh tanggal jelas. Kenapa tidak bisa diperkirakan?

(4) Masalah-masalah seperti ini menjadi bahan pembicaraan di forum-forum internal penerima DIKTI di media sosial, tinggal menunggu waktu akan terhembus ke luar. Nama baik institusi perlu kita jaga bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun