Ini cerita bukan dari jaman purba, tidak ada kaitan dengan Cinderella atau Samson dengan [caption id="attachment_154087" align="alignright" width="200" caption="Srondol sedang bergaya dengan meminjam kemeja salah satu tetangga (Sumber: Srondol)"][/caption] Delila. Tetapi hanya cerita tentang 3 anak manusia yang ingin menyatu dengan cinta, bermimpi bisa menjalani hidup yang lebih indah dari cerita Siti Nurbaya.
***
Adalah Siumoy, gadis anggun, cantik, ayu dan berparas yang bisa dipastikan tidak kalah dengan Cinderella. Memiliki senyum yang juga tidak kalah dengan Nyi Loro Kidul. Tetapi terkadang memaksa diri untuk ikhlas saat jerawat di wajah berubah bentuk laiknya bisul. Tidak perlu disayangkan, walaupun ia memiliki banyak pemuja, namun ia memiliki kebiasaan yang harusnya hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan tua. Yap, Siumoy suka bersirih. Mungkin karena pengaruh ibunya yang asli Sumatra, sedangkan bapaknya suka mengaku diri sebagai penakluk seribu kota disamping kepiawaiannya menaklukkan banyak dara semasih muda di satu ketika. Ini bukan cerita telenovela walaupun ada sebagian catatan yang berisi luka. Karena Siumoy cukup tahu, jika terluka ia bisa membeli plester dengan uang beberapa rupiah saja. Ia tidak suka berduka, karena katanya duka mirip dengan dukun yang hanya membuat diri larut dengan melamun. Syahdan, ia kebetulan bertetangga dengan Srondol dan Suheng. Suheng lelaki yang sudah usia kepala empat tetapi masih tertarik dengan daun muda, karena alasan, daun kering tidak bisa ditelan. Tetapi tentu bukan karena itu saja, namun juga memang Suheng masih perjaka meski wajahnya lebih mirip duda. Ia tinggal di sisi kanan rumah Siumoy. Satu lagi, Srondol menjadi saingan berat Suheng. Sebab lelaki 39 tahun, 1 tahun lebih muda darinya itu selalu saja mencoba menarik perhatian Siumoy dengan berbagai cara. Terkadang, Srondol bernyanyi dengan suara keras-keras sekadar untuk perdengarkan pada Siumoy bahwa suaranya mirip Rhoma Irama walaupun itu hanya diakui oleh dirinya sendiri. [caption id="attachment_154089" align="alignleft" width="200" caption="Suheng, sedang memasang wajah alim untuk menarik perhatian Siumoy (Sumber: FS)"][/caption] "Stress...kerap melanda manusia. Tak peduli miskin ataupun kaya. Stress obatnya ada di tempat orang jualan." Tidak seperti kaset yang menyanyikan lagu sampai tuntas, Srondol kerap dengan zalimnya merubah lagu dengan cepat walaupun yang pertama dinyanyikan belumlah selesai. "Judi...aaaaaaa, kerap melanda manusia aaaaaaaaa..." Campur aduk sudah lagu penyanyi kesohor Indonesia itu di tangan eh mulut Srondol. Dan sesaat kemudian lagu itu bisa berubah menjadi,"Basah, basah seluruh tubuhku...akulah pangeran dangdut, yang akan mengguncang duniaaaaaaaa..." Meskipun pinggulnya kasar, tetapi tetap digeol-geol mencoba meniru Inul Daratista yang merupakan pemilik lagu-lagu yang juga membuat ia getol. Tidak tanggung-tanggung ia bergoyang seperti itu hanya dengan mengenakan handuk saja dan dilakukan di depan rumahnya. Pilihan yang lagi-lagi karena berharap, Siumoy si anak tetangga sang Cinderellanya berkesempatan memberikan senyum meski sekilas saja. Srondol tinggal di sisi kiri rumah Siumoy. Praktis, rumah Siumoy diapit oleh 2 perjaka yang sama-sama mirip duda itu. Suheng, lelaki yang paling senang menyebut dirinya sebagai pujangga itu seringkali murka melebihi [caption id="attachment_154091" align="alignright" width="200" caption="Siumoy, idola Srondol dan Suheng (Sumber: Siumoy)"][/caption] murka Rahwana kalau sudah mendengar Srondol berdangdut ria di kakilima. Pernah sekali waktu, karena saking geramnya Suheng menjalankan jurus bijaksana. Bijaksana karena ia bisa manfaatkan senjata-senjata alami saja. Maksudnya, di rumah Suheng seringkali dizalimi kucing dengan kotoran yang tumpah ruah di berbagai tempat. Nah, kebetulan, pagi itu kucing yang tak disayangnya itu menumpahkan kotoran di tumpukan pakaian yang memang hanya diletakkan di kardus bekas mie instant. Ia kesal bukan main, mana ia juga mencuci sendiri pakaiannya. Sedang ia geram disebabkan tidak menemukan kucing yang sudah tumpahkan hajat dasar di pakaiannya, terdengar lagi Srondol berdangdut ria dengan lagu gado-gadonya. "Dulu aku suka padamu, dulu aku memang suka. Aku gila padamu, dulu aku memang gila. Sebelum aku tahu kau dapat merusak hidupku...mira santika, mira santika...mira...mere mehbooba, mere mehbooba, kucu kucu hotahe he he he he po ambe-ambe, belalang kupu-kupu, siang makan nasi kalau malam belum bisa minum susu." Dengan semangat Srondol bernyanyi sambil melamunkan nasibnya sebagai perjaka yang belum laku-laku. Pengorbanan mutlak dibutuhkan untuk menghancurkan saingan. Demikian pikir Suheng. Ia korbankan tangannya. Pengorbanan untuk melakukan dengan tangan terbuka, memegang tahi kucing yang berlepotan di pakaiannya dalam kardus bekas mie instant itu. Diambil dengan mudah, diusap ke kedua belah telapak tangannya seperti ia mengusap minyak rambut kemiri yang sering dipakai meminyaki rambutnya yang memang mirip Sammo Hung, bintang felem Hongkong. Srondol membelakangi posisi Suheng. Otomatis membuat rencana Suheng terasa bakal mulus. Apalagi, berdasar kajian strategi penaklukkan lawan yang acap ia pelajari dari felem kartun Tom 'n Jerry, kelihaian membaca posisi lawan seringkali menjadi penyebab paling penting untuk bisa membuat musuh lumpuh. [caption id="attachment_154100" align="alignleft" width="300" caption="Lega "][/caption] Di kedua telapak tangan Suheng sudah penuh agak kental dengan tahi kucing yang memang lembab. Dengan mengendap-endap. Melompati pagar rumah Siumoy yang setinggi lututnya. Yap! Sekarang ia sudah berada di belakang Srondol. Teringat ia dengan teori yang pernah ia baca dari salah satu komik Jepang, maklum dalam usia seperti itu Suheng masih suka komik, bahwa: "Jangan lakukan apa-apa ketika engkau berada di depan lawanmu, tunggu sampai tenang dan keluarkan jurus-jurusmu." Suheng membayangkan dirinya sebagai Sun Go Ku di komik Dragon Ball. Memelankan nafas. Membiarkan Srondol asyik dengan dangdut kemasannya sendiri yang sudah diaduk secara zalim itu. Mengangkat pelan-pelan kedua tangan yang sudah bersenjata kotoran kucing yang bisa dipastikan, boleh disumpah, benar-benar berbau menyengat itu. Persis saat Srondol sudah dengan tanpa jeda sedang menyanyikan lagu Duda,"Tiada tempat, untuk mencurahkan...rasa rinduku, oh serta kasih sayang...barulah satu bulan, diriku ditinggalkan. Aku sudah tak tahan...dicekam kesepian. Ya Allah, ya Tuhan, jauhi godaan setannnn." ---------- Apa yang selanjutnya terjadi, berhasilkah Suheng menjalankan jurus Dragon Ball-nya itu? Ataukah Srondol akan lebih dulu mengetahuinya? Mereka akan berkelahi? Tunggu lanjutannya. BERSAMBUNG...menyambung menjadi satu, itulah Indonesia (Intro: Dari Sabang Sampai Merauke).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H