Mohon tunggu...
Achmad Soefandi
Achmad Soefandi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Togog

15 Februari 2016   12:19 Diperbarui: 15 Februari 2016   12:37 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Sekarang, aku membuat sayembara untuk kalian. Lihat! Di kejauhan itu, berdiri dengan megahnya sebuah gunung Mahasamun. Siapa pun diantara kalian bertiga yang bisa menelan Gunung Mahasamun dan berhasil memuntahkanya kembali, maka berhak menjadi raja di Khayangan Jonggrisaloka” (Bayuadhy, 2013: 33)

Gunung mahasamun adalah gunung tertinggi di Kahyangan Jonggrisaloka. Antaga mendapat giliran pertama. Dengan kekuatan saktinya antaga mengangkat Gunung Mahasamun yang menjulang tinggi. Ketika gunung sudah diangkat gunung tersebut dibalik, dengan posisi ujung gunung yang berbentuk kerucut menghadap ke bawah, kemudian mulut Antaga terbuka untuk menyongsong gunung yang ada diatasnya.

Setelah setengah bagian gunung masuk ke mulut Antaga, tak disangka gunung tersebut meletus. Letusan gunung tersebut menyebabkan mulut Antaga robek dan hampir seluru gigi Antaga tanggal. Bentuk tubuh Antaga yang awalnya ramping juga membuncit akibat lahar panas letusan Gunung Mahasmum yang memenuhi perut Antaga. Tak lama berselang setelah kejadian tersebut tubuh Antaga tidak sadarkan diri.

Setelah melihat kakanya gagal kemudian Ismaya mendapat giliranya. Belajar dari kesalahan kakaknya Ismaya mencoba cara lain agar gunung tersebut bisa tertelan. Dengan membaca mantra saktinya Ismaya merubah Gunung Mahasamun menjadi kecil, seukuran biji kedelai. Dengan mudah Ismaya menelan gunung tersebut tetapi Ismaya merasa kesulitan untuk memuntahkan gunung tersebut dan akhirnya tubuh Ismaya juga ambruk, karena tidak kuat menahan beban tubuhnya akibat menelan Gunung Mahasamun.

Akibat kejaidan tersebut tubuh Ismaya juga berubah bentuk menjadi bulat akibat Gunung Mahasamun yang ada di perutnya.   Manikmaya tidak bisa menjalankan tantangan tersebut karena gunung tersebut sudah bersemayam di tubuh kakaknya Ismaya.

Melihat kedua anaknya tidak sadarkan diri sang Hyang tunggal membacakan mantra saktinya untuk menyadarkan keduanya. Tidak lama berselang keduanya sadar. Sang Hyang Tunggal pun memberi nasihat pada ketiganya.

“ Perlu kalian ketahui Gunung Mahasamun itu bukan sembarang gunung. Gunung itu melambangkan keserakahan. Antaga kamu ingin menelan gunung itu dengan kesaktianmu, tetapi gagal. Kamu memuntahkan gunung itu dengan kesaktianmu. Kalau kamu tidak sakti gunung itu bisa membuatmu mati, artinya kalau kamu mati keserakahan telah membunuhmu…..kamu telah berhasil menolak lambang keserakahan yang hampir membunuhmu…. Dan kamu akan kebal segala bentuk keserakahan. Sebaliknya Ismaya kamu berhasil menelan lambang dari keserakahan. Artinya Ismaya, kamu telah berhasil memusnahkan segala sifat serakah yang ada pada dirimu” (Bayuadhy, 2013:42)

Ketiga kakak beradik tersebut menghaturkan permohonan ampunya kepada sang Hyang Tunggal. Mereka bertiga sadar bahwa tindakan yang dilakukanya salah, hanya demi memperebutkan takhta mereka sampai rela saling  bertikai satu sama lain.

Permohonan ampun ketiga saudara tersebut di terima oleh sang Hyang Tunggal dan mereka bertiga mendapat nama baru beserta tugas baru menyertainya. Antaga di beri nama Togog Tejamantri,  diturunkan di bumi bagian barat, bertugas untuk membibing para kurawa menuju kebenaran. Ismaya mendapat nama baru Semar, diturunkan di bumi bagian timur, tugasnya adalah untuk membimbing para pandawa agar tetap menuju jalan kebenaran. Anak bungsunya Ismaya ditugaskan untuk menggantikan jabatanya menjadi raja Kahyangan Jonggrisaloka yang menguasai bumi dan dunia siluman, sekaligus dia mendapatkan gelar baru yaitu Batara Guru . 

Untuk mengetahui bagaiamana kisah kelanjutan bagaiamana Togog berjuang untuk membimbing para kurawa yang berwatak murka menuju jalan kebenaran silahkan baca novel karya Gesta Bayuadhy yang berjudul “Togog Tejamantri”. Dengan gaya penulisan bahasa yang mudah dipahami bagi pembaca membuat novel ini betah untuk dibaca berlama-lama.

 

Sumber Baacaan

Bayuadhy, Gesta. 2013. Togog Tejamantri. Yogyakarta: DIVA press

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun