Iseng-iseng penulis mencari tulisan tentang sastra populer, khusnya tentang kritik sastra populer. Pencarian ini berawal dari rasa penasaran penulis, ketika mendengar dari beberapa sumber bahwa sastra populer, khususnya novel teenlit kurang memberikan dampak positif bagi pembacanya salah satu dampaknya adalah turut menjadi pemancing budaya hedonisme. Setelah sekian menit mencari di mesin pencarian google akhirnya penulis mendapat makalah yang membahas tentang kritik sastra populer. Dalam makalah tersebut dijelaskan bahwa sastra populer adalah sastra yang ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh pembacanya, karena kata-kata kiasan dan metafora sangat jarang ditemui dalam sastra populer. Selain itu sastra populer juga identik dengan sastra pinggiran dan kastanya berada dibawah "sastra serius". Ketika membaca kritik tersebut penulis membayangkan posisi penulis sebagai penulis novel teenlit betapa sakit hatinya ketika penulis membaca makalah tersebut.Â
Pengalaman seperti itu pernah penulis alami ketika penulis menulis di blog penulis 3opini.wordpress.com (sekalian promosi), dan ada salah satu teman penulis yang mengomentari bahwa tulisan penulis banyak kata yang mengulang, tata bahasa yang salah dan bla bla bla. Dan ketika penulis nongkrong dengan teman penulis tidak jarang ada salah satu teman penulis yang mengkritik dan justru terkadang menjurus kearah menghina buku yang sudah dibaca entah itu bahasanya yang njelimet, pembahsanya yang salah, diksi yang mlenca mlence dan bla bla bla. Disini penulis tegaskan bahwa penulis bukan orang yang anti kritik justru penulis senang jika tulisan penulis banyak yang berkomentar dan mengkritik, asal membangung kritik yang disampaikan tersebut.
Menurut penulis kemampuan untuk bisa menulis memang membutuhkan ketelatenan membaca banyak literatur entah itu karya sastra, metode menulis dan literatur lainya. Tapi menurut penulis kemampuan menulis ya selain membaca juga harus biasa menulis atau minimal menumbuhkan niat untuk menulis. Tapi ketika niat menulis saja harus terpasung ketika mendengar orang yang katanya paham "sastra", karena kritiknya yang cenderung sarkastik dan ditempel tempeli segudang teori tentang cara menulis, ya bisa dipastikan niat untuk mempublikasikan tulisan kita jadi buyar. Disini penulis ingin memberi saran bagi yang pembaca yang ingin menulis "salah itu proses, benar seratus persen itu tidak mungkin, karena kebenaran mutlak cuma milik Tuhan titik ".
Tambahan: mohon maaf jika tulisan ini amburadul, karena penulis bukan orang yang mahir merangkai kata dan tulisan ini dituljs melalui ponsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H