Kejadian yang menimpa Presiden Joko Widodo dan Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi dengan tuduhan Musyrik, syirik dan keluar dari akidah. Bahkan tuduhan PKI maupun Komunis kepada Pakde.
Atas kejadian tersebut saya jadi teringat apa yang di katakan oleh Imam Syafi'i
'Carilah pemimpin yang banyak panah-panah fitnah menuju kepadanya, ikutilah mereka yang banyak difitnah. Karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di jalan yang benar'
Mutiara Hikmah yang di katakan oleh beliau rasanya membuka mata dan hati dengan kejadian yang melanda pemimpin-pemimpin yang di cintai oleh rakyatnya tersebut.
Tuduhan-tuduhan tersebut bagi saya sebenarnya merupakan iri dengan keberhasilan yang telah di gapai dalam menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin.
Mengapa begitu?
Coba lihat apa yang di lakukan oleh Pakde dan Kang Dedi. Tidak penting penghargaan secara pribadi bagi mereka. Kesejahteraan rakyat adalah yang utama bagi mereka.
Mereka rela menderita, rela tersiksa, asalkan masyarakatnya tidak terasing di tanah airnya, tidak tertinggal oleh negara-negara lain di belahan dunia lainnya.
Coba bayangkan, Purwakarta yang tadinya kota biasa, dirubah menjadi kota yang lebih tertata. Kebudayaan menjadi pondasi utama dalam menjalankan roda pemerintahan.
Dulu, kalau kita berbicara Purwakarta, mungkin di kenal sebagai oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Tetapi, di tangan dingin Dedi Mulyadi, Purwakarta bukan hanya di kenal oleh masyarakat domestik, melainkan juga dikenal oleh masyarakat Internasional.
Tidak hanya sampai disitu, Jawa Barat di kenal dengan Provinsi paling tinggi tingkat kasus Intoleran. Tapi di Purwakarta, itu tidak terjadi.