Mohon tunggu...
Aming Soedrajat
Aming Soedrajat Mohon Tunggu... Freelancer - Aming soedrajat

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasional is Me

18 Agustus 2017   10:26 Diperbarui: 18 Agustus 2017   14:53 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

Nasionalisme adalah sikap politik dari suatu masyarakat akan kecintaannya kepada suatu bangsa atas kesamaan bahasa, bangsa, budaya dan kesamaan cita-cita.

Dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan dan kecintaan yang mendalam terhadap bangsanya sendiri.

Banyak cara untuk mengisi kecintaan kepada bangsa serta tanah-airnya, seperti Pepatah 'Banyak jalan menuju Rumah,' entah jalan mana yang akan dipilih, tentu selalu ada resiko yang harus ditempuh.

Jalan yang tidak ada resikonya adalah jalan yang sudah biasa diambil oleh orang yang sebelumnya yang dianggap sebuah pembenaran, bukan sebuah kebenaran.

Ketika mendengar Nasionalisme, tentu hati manusia mana yang tidak bergetar ketika mendengar kata-kata tersebut. Apa sampai disana?

Tentu saja tidak, Nasionalisme bukan sebatas kata, melainkan perbuatan untuk membela dan mengabdikan diri kepada bangsa dan Rakyatnya.

Nasionalisme kita bukanlah sebatas Nasionalisme berperang, Nasionalisme bangsa kita adalah Nasionalisme mengabdi pada Tuhan dengan cara berbakti kepada Nusa-Bangsa.

Masyarakat kita ini menurut saya masih tertpiu dengan kata yang di ucapkan, ingat kepada awal tulisan di atas, Nasionalisme merupakan Perbuatan untuk berbakti kepada Bangsa dan Rakyatnya.

Dalam kepemimpinan, ketika seorang Pemimpin telah berbuat sesuatu untuk rakyatnya rela dirinya menderita karena kecintaan dan tanggung jawab sebagai pemimpin telah dijalankan sesuai dengan tanggung jawab, maka bagi saya ia adalah sebagai Nasionalime sejati.

Nasionalisme lahir atas dasar Religiusitas karena sebuah cinta, bukan kepada nafsu dan kepentingan untuk menguasai.

Soekarno dan para pahlawan telah menggoreskan sejarah bangsa dengan jalannya sendiri. Berkorban, menderita hanya untuk kepantingan bangsa dan rakyat. Walaupun nyawa yang harus menjadi taruhannya.

Bagi penulis, untuk lingkup daerah sosok Dedi Mulyadi merupakan seorang yang memegang teguh tentang Nasionalisme. Beliau mengajarkan Nasionalisme tidak dengan kata-kata. Melainkan dengan sebuah karya nyata.

Ketika yang lain sibuk dengan Barat dan Timur menjadi acuan, Dedi Mulyadi berlari kebelakang untuk membawa sebuah tradisi warisan leluhur Nusantara agar bisa bersaing dengan Barat maupun timur.

Ketika barat maupun timur menjadi acuan, berarti nasionalisme kita bukan lagi Nasionalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena kita melupakan dan meninggalkan produk asli Nusantara.

Apakah Nasionalisme dan Tradisi bertentangan dengan Nilai-nilai Agama?

Kalau tradisi kita bertentangan, tentu para wali saat menyebarkan syariat islam telah menghancurkannya, tapi ini kan tidak. Peninggalan tersebut di revisi agar sejalan dengan syariat.

Begitu juga Nasionalisme, Hasyim Asy'ari mengamini apa yang telah di dengungkan oleh Bung Karno tentang sebuah Nasionalisme.

Sekarang, kita yang hidup di jaman ini mengkafirkan tradisi dan mengharamkan Nasionalisme, apakah kita lebih mulia dari para wali dan kyai, memilukan?

Apa yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi membawa tradisi untuk sejajar dengan bangsa lain adalah kecintaan kepada bangsanya.

Sedangkan mereka yang meniru barat-timur dengan menyampingkan originalitas adalah bentuk kemunduran kecintaan kepada tanah-airnya.

Sejarah juga mencatat, bangsa ini pernah menggoresakan tinta emas sejarah dengan produk lokalnya. Maka, saya kira bangsa ini bisa kembali kembali besar apabila berjalan dengan identitasnya.

Sejarah telah mengingatkan, untuk senantiasa berjalan untuk mengingat yang telah terjadi, Soekarno mengingatkannya dengan lantang 'Jangan Melupakan Sejarah' karena kejadian sekarang telah terjadi dimasa sebelumnya. Hanya waktu dan tempat saja yang memisahkan.

Membawa tradisi yang agar sejalan dengan bangsa lain adalah sebagai pejuang, dibandingkan mereka yang diam dalam gerak untuk sebuah cacian tanpa berbuat sesuatu.

Jangan mengaku seorang Nasionalis ketika bangsa lain engkau banggakan, jangan mengaku seorang Nasionalis ketika tradisi lain kau banggakan sedangkan tradisi sendiri engkau tinggalkan, jangan mengaku seorang Nasionalis ketika kau masih mencari keuntungan di Republik ini, jangan mengaku seorang Nasionalis ketika ketika Kebudayaan sendiri kau caci sementara kebudayaan lain kau fuji.

Karena seorang Nasionalis sejati tidaklah seperti itu, seorang Nasionalis sejati selalu bangga dengan apa yang dimiliki bangsanya. Nasionalis sejati menjamin dan mensejahterakan Rakyatnya. Nasionalis sejati menjaga kutuhan bangsanya bukan merusak bangsanya, nasionalis sejati tidak pernah meminta kepada bangsanya, tetapi ia selalu memberi apa yang dimilikinya untuk rakyat dan bangsanya.

'Stop mengaku seorang Nasionalis, ketika tradisi engkau tinggalkan'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun