ADA kesamaan antara Presiden RI Joko Widodo dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Keduanya  dekat dengan rakyat, kesederhanaan memimpin serta energi mereka dalam bekerja seperti tidak ada habisnya. Kebiasaanya belusukan kesetiap wilayah yang mereka pimpin, menjadikan mereka tau betul permasalahan di setiap daerah.
Selain menyerap aspirasi, keluhan maupun kebutuhan warganya menjadikan mereka berdua apa yang dibutuhkan dan apa yang harus di prioritaskan.
Lihat saja di berbagai kesempatan, mereka sangat dekat dengan rakyat. Tidak ada sekat bagi keduanya.
Kebutuhan rakyat adalah kebutuhannya, kesedihan rakyat adalah kesedihannya. Dari rakyat, Mereka seperti melihat dirinya sendiri.
Tak pelak, pencitraan ataupun stigma negatif dari kepemimpinannya menghiasi media sosial atau media meinstren yang mempunyai kepentingan terselebung menjek-jelekan mereka.
Apakah dengan beluskan akan menurunkan popularitas dan wibawanya sebagai pemimpin?
Saya kira tidak. Memang seperti itulah harusnya seorang pemimpin. Karena, pemimpin itu tidak ada bedanya seperti seorang pelayan.
Pelayan yang senantiasi mengayomi semua kebutuhan dan keinginan setiap rakyatnya. Bukan mengayomi mereka yang mencari keuntungan di Republik ini.
Berbeda dengan pemimpin yang hanya mementikan "Popularitas' dibanding kualitas kerjanya. Ada kekakuan seketika dekat dengan rakyatnya.
Karena mereka tidak terbiasa dekat dan berbaur secara langsung dengan rakyat. Kalau hanya mencari popularitas dalam memimpin karena dengan tujuan tertentu, jangan menjadi seorang politisi yang, jadilah selebritis.
Berpolitik seni untuk berbuat kebaikan. Untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Karena dalam memimpin itu harus siap tidak terkenal maupun tidak populer.