Mohon tunggu...
Soedoet Pandang
Soedoet Pandang Mohon Tunggu... -

PRABOWO SUBIANTO [] >> Nama Subianto diambil dari nama pamannya yang gugur dalam pertempuran Lengkong, Soebianto Djojohadikusumo.[]\r\n\r\n"Saya keturunan pejuang dan dari keluarga pejuang. Saya tidak akan menghancurkan nama baik keluarga besar saya. Saya tidak akan berbuat serendah itu...," Prabowo Subianto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prabowo: Hidden Tragedy 1998 (ke 5: Dituduh Kudeta?)

13 Juni 2014   07:42 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14025949221327927967

Suara-suara yang menghendaki perubahan semakin kencang. Fraksi-fraksi dari partai yang berkuasa, jenderal-jenderal purnawirawan, semua menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Pada tanggal 15 Mei, para pimpinan Nandatul Ulama (NU) menyampaikan pernyataan politik dengan lima pokok. Satu poin menggarisbawahi penghargaan mereka atas pernyataan Soeharto di Mesir:

"Bila saya tidak lagi dipercaya, saya akan menjadi seorang pandito (orang bijaksana)." Tanggapan NU ini merupakan cara diplomatis dari sikap mereka yang percaya bahwa era Soeharto telah berakhir.

Prabowo menghabiskan hampir seluruh akhir pekannya, dari tanggal 15 Mei hingga tanggal 17 Mei, di markas Kostrad untuk menangani pasukannya. Sabtu sore, tanggal 16 Mei, seorang teman memperlihatkan selembar salinan yang tampaknya seperti suatu pernyataan pers dari Mabes ABRI yang mendukung sikap NU. Prabowo langsung pergi menghadap Presiden.

"Pak, ini berarti militer meminta Bapak mundur!" katanya memberitahu Soeharto.

Presiden lantas meminta menantunya untuk memeriksanya pada Jenderal Subagyo. Ternyata, KSAD tidak tahu apa-apa. Kedua jenderal itu langsung menghadap Soeharto. Pagi-pagi sekali, 17 Mei, Mabes ABRI menarik kembali pemyataan tersebut sebelum sempat diterbitkan di banyak surat kabar.

Menurut Prabowo, beberapa waktu kemudian, di pagi yang sama, Wiranto tiba di Cendana untuk menekankan kepada Soeharto bahwa ia juga tidak tahu apa-apa mengenai pernyataan tersebut. Hal tersebut menyingkap hal yang masih tersembunyi. Bagaimana sebuah pernyataan yang begitu sensitif dapat timbul tanpa sepengetahuan juru bicara atau Panglima ABRI?

Saya sendiri berhasil mendapat salinan press release tersebut, tertanggal 16 Mei. Rilis tersebut tidak bertanda tangan resmi atau tidak berkepala surat ABRI. Saya sempat bertemu Brigjen A. Wahab Mokodongan, juru bicara resmi ABRI pada bulan Mei 1998. Ia memastikan, militer telah menarik pernyataan tersebut, tetapi menyatakan bahwa ia tidak mengetahui asal mulanya.

Setelah konferensi pers pada larut malam, katanya, ia heran mendapatkan pernyataan tersebut dalam mesin fotokopinya. Sewaktu ia melaporkan pada Wiranto, Panglima ABRI segera memerintahkan penyelidikan. Mokodongan mengatakan pihak intel memeriksa semua komputer dalam lingkup markas besar.

"Tidak ditemukan yang seperti ini," katanya.

Terkait salinan pers, lalu kami berbicara dengan tiga wartawan Indonesia yang meliput peristiwa-peristiwa sepanjang tahun 1998. Dua orang teringat bahwa mereka menerima pernyataan tersebut pada konferensi pers Wahab Mokodongan. (Seorang wartawan bahkan secara pasti ingat betul bahwa Mokodongan telah membacakannya).

Seorang lainnya yakin majalahnya bahkan mendapat faks dari kantor Mokodongan. Hal tersebut menyingkap hal yang masih tersembunyi. Bagaimana sebuah pernyataan yang begitu sensitif dapat timbul tanpa sepengetahuan juru bicara atau Panglima ABRI?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun