Diriku adalah kopi, salah satu minuman favorit saat begadang dan acara cangkrung-an maupun angkringan. Kafein adalah bagian pokok dari diriku, pasangan yang cocok dengan nikotin. Pahit rasa asliku, tapi rasa bisa disesuaikan dengan selera penikmat, mau pahit, mau manis, mau yang biasa. Diriku bisa dikombinasikan dengan yang manis seperti gula maupun susu asalkan jangan dengan coklat. Ya, jangan dengan coklat, aku tidak suka.
Dia Coklat, selalu bawa imaji dengan manisnya, namun tak segan ia getirkan lidah di tiap regukan. Tak banyak yang kutahu mengenai dia, hanya rasa manis saja. Aku senang bersanding dengan dia, namun aku tidak suka kalau aku disatukan dengan dia. Jika kami disatukan tercipta rasa yang tak terkenali oleh lidah.
Dia bisa meminta bersatu denganku dan mungkin bisa terwujud sehingga ada kopi coklat, tapi aku tak akan pernah meminta untuk bersatu, aku tidak mau. Dia tidak kuanggap sebagai musuh ataupun lawan. Aku menganggap Dia teman, aku bersedia bersanding dengan dia, dalam cangkir yang berbeda, terletak dalam satu meja yang sama.
Aku berbeda dengan dia, aku tidak mengenal dia, aku tidak bersedia bersatu dengan dia, tapi dengan itu semua bukan berarti dia adalah musuh bagiku. Dia adalah teman bagiku tapi bukan untuk menjadi satu.
# 12 Mei 2010 @ Kantor di Jakarta, ditemani secangkir kopi merek kapal geni campur susu gendero. Menunggu saat pulang kantor dan masih merindukan seduhan KSTG, racikan teman di kota Malang serta suasana yang hadir menyertai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H