Mohon tunggu...
socrates jadul
socrates jadul Mohon Tunggu... -

Berjuang untuk tidak frustrasi menjadi Indonesia sejati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Saya Kagum dengan Ahok?

3 Januari 2014   04:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388697076856323291

Keterangan gambar: "Ahok di UMM Malang"

(https://twitter.com/Kartikaputra/status/401615854766272512)

Masih terbayang debat pilkada DKI yang fenomenal sewaktu cawagub Nara berkata "haiiiyyaaa Ahoookkk". Ahok hanya tersenyum saja dan malah berkelakar "orang betawi kan sama-sama sipit". Di tengah-tengah intimidasi para pendukung, Ahok tetap berdiri tegar dan terus memancarkan kecerdasannya dalam berargumentasi. Sebelumnya, saat Roma Irama menyerang dengan isu agama, etnis dan "singapura" (yang sangat menggelikan), Ahok dengan tenang mengatakan bahwa Roma perlu membaca undang-undang lagi. Warga DKI memang cerdas, terbukti Jokowi dan Ahok tetap memenangi pilkada. Namun intimidasi terhadap Ahok setelah menjadi wagub tidak juga berkurang bahkan lebih konfrontatif. Bisa diingat lagi konfrontasi dengan Lulung, Farhat Abbas, mendagri, sampai yang terakhir spanduk "USIR AHOK DARI DKI". Semuanya ada nuansa SARA. Tapi Ahok tetap bergeming. Seperti yang ia katakan, "merapikan DKI bakal nyenggol kaum melarat sampai konglomerat". Serangan-serangan tersebut tidak membuatnya takut. Ia terus nyerocos bak mercon. Dianggap memiliki stabilitas emosi yang rendah, justru itu merupakan kekuatannya dalam menghadapi serangan. Kalau ia diam, malah dianggap lembek dan takut oleh para penyerangnya. Terakhir, Ahok dipermalukan oleh Roma Irama berkaitan penolakan Roma untuk berduet dengan Ahok dengan alasan yang dicari-cari. Terlebih Ahok sudah koar-koar gembira akan berduet dengan idolanya itu, malah ditolak mentah-mentah di saat terakhir. Keinginan Ahok bisa berduet dengan Roma menunjukkan bahwa Ahok sudah melupakan kejadian saat pilkada dulu, namun rupanya sang Raja Dangdut yang masih menyimpan dendam terhadapnya. Sekali lagi Ahok diuji. Mampukah ia tetap tegar dan berjiwa besar? Berbagai prestasi puncak sudah diraih Ahok; penghargaan Tokoh Anti Korupsi oleh Bung Hatta Award, 10 tokoh yang mengubah Indonesia versi Tempo, Sang komandan koboy dari acara Mata Najwa, dan tentu saja yang paling mengharukan, dukungan riil warga Indonesia (bukan hanya warga DKI) di semua media sosial dan pada acara-acara goes to campus Ahok selalu mendapatkan sambutan yang sangat meriah. Maka tindakan Roma yang ingin mempermalukan Ahok tidak berarti apa-apa bagi integritas Ahok. Malah menunjukkan kekerdilan jiwa Roma (yang kayak gini mau jadi presiden?). Semoga Ahok tetap TEGAR dan BERJIWA BESAR. Terus belajar menjadi pemimpin yang berkarakter dan berintegritas tinggi, namun tetap RENDAH HATI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun