Transfer Antar Bank, Transfer Beda Bank, Transfer Lain Bank, Transfer Bank LLG, Transfer Bank RTGS, Transfer Bank Online, Transfer m Banking, Transfer Uang Beda Bank, Transfer Kode Bank, Transfer Lintas Bank
JAKARTA, Bank Indonesia (BI) mendorong semua perusahaan penyedia jaringan anjungan tunai mandiri atau ATM (switching) agar bisa melakukan interkoneksi. Hal ini akan memudahkan nasabah melakukan transaksi khususnya transfer antar bank yang sampai saat ini masih dibatasi. Sampai kini, ada tiga perusahaan switching besar yang ada di Indonesia. Mereka, yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), PT Rintis Sejatera (ATM Prima), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto). Satu lagi, perusahaan switching milik bank milik pemerintah yaitu PT Sigma Cipta Caraka (ATM Link).
Dari ketiga perusahaan switching besar itu, belum semuanya bisa terhubung satu dengan yang lain. Akibatnya, untuk melakukan transfer antar bank di ATM belum bisa dilakukan, khususnya bank pemerintah ke bank swasta. Contohnya saja, baru di awal tahun ini, transfer antar bank BCA ke Mandiri baru bisa dilakukan. Sebelumnya layanan transfer ini belum bisa. Begitu juga perbankan pemerintah seperti transfer antar bank BNI ke BCA, transfer antar bank BRI ke BCA, dan transfer antar bank BTN ke BCA juga belum bisa dilakukan. Namun sebentar lagi, transfer antar bank mana pun di Indonesia bisa dilakukan. Direktur Eksekutif Akunting dan Sistem Pembayaran BI Boedi Armanto mengatakan, dengan penyatuan sistem interkoneksi antar perusahaan switching ini nasabah tiap-tiap bank akan semakin terbantu dalam bertransaksi di perbankan, khususnya melalui ATM. "Nantinya, ATM ini tidak hanya berfungsi sebagai teller yang hanya bisa mengambil uang saja, tapi juga transfer antar bank," kata Budi di Jakarta, Senin (6/5/2013). Berdasarkan data BI yang diambil dari perusahaan switching, perbandingan jumlah transaksi tarik tunai dan transfer uang di tiga perusahaan switching masih didominasi oleh transaksi transfer. Di jaringan ATM Alto saja, perbandingannya sudah 26 persen dan 74 persen. Sementara di jaringan ATM Bersama, perbandingannya sudah 30 persen dan 70 persen. Adapun di jaringan ATM Prima sudah 14 persen dan 84 persen. "Artinya masyarakat lebih suka menggunakan ATM sebagai media untuk transfer ke antarbank maupun interbank," tambahnya. Selain bermanfaat bagi nasabah sendiri, dengan penyatuan sistem jaringan ATM ini tentu saja akan meningkatkan transaksi tunai maupun nontunai di ATM. Harapannya, perbankan juga bisa meningkatkan pendapatan nonbunga (fee based income) dari transaksi tersebut. Di sisi lain, pihak perbankan sendiri juga bisa mengurangi biaya-biaya baik pendirian ATM baru atau pun harus bekerja sama dengan perusahaan switching tertentu. Perbankan juga bisa mengoptimalkan mesin ATM yang ada, sehingga tidak perlu menambah mesin ATM baru untuk menuju interkoneksi ini. "Selain biaya bisa ditekan, efisiensi bank makin meningkat. Akhirnya kita bisa bersaing dengan bank asing," tambahnya. Pelaksanaan proses interkoneksi jaringan ATM ini telah dilakukan sejak Januari 2010 lalu. Namun baru akhir tahun 2012 ini, perusahaan switching dan pihak perbankan akhirnya mau bersepakat membentuk interkoneksi sistem antarjaringan di ATM. Saat ini uji coba pengembangan hampir semuanya rampung dan dapat dipastikan dalam dua bulan ke depan ini pengujian akhir bisa segera selesai. "Juli nanti harus bisa terealisasi," tambahnya. Pemilihan waktu Juli sebagai waktu yang tepat untuk interkoneksi ini disebabkan karena saat itu masyarakat sudah masuk bulan puasa, menyambut lebaran, dan sekaligus liburan sekolah. "Tentu saja transaksi akan besar di waktu itu," katanya. Bank Indonesia menjamin bahwa biaya transaksi untuk transfer antar bank ini akan memiliki biaya yang sama dengan biaya transfer antarbank saat ini yaitu sekitar Rp 5.000 per transaksi. (atmbersama.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H