Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas wilayah lautnya sangat luas. Pantai atau lahan yang berbatasan dengan laut umumnya banyak ditanami tumbuhan kelapa. Permintaan dunia terhadap produk olahan kelapa semakin meningkat. Terutama negara yang memiliki luas wilayah daratan lebih besar daripada wilayah lautnya, produksi lokal kelapa mereka tidak tercukupi sehingga mereka harus impor. Total nilai ekspor produk olahan kelapa Indonesia tahun 2019 telah mencapai 11,6 miliar USD.
Nilai  terbesar dalam bentuk olahan daging kelapa sebanyak 3,91 miliar USD, air kelapa 3,41 miliar USD, tempurung 2,21 miliar USD, dan sabut 0,2 miliar USD. Volume ekspor yang paling besar di 2019 adalah minyak kelapa 610.812 ton, kelapa segar 558.153 ton, arang tempurung kelapa 349.607 ton, kopra meal 237.639 ton, kopra 153.655 ton, desicated coconut 98.742 ton, produk sabut 37.928 ton, gula kelapa 36.465 ton, air kelapa 31.547 ton, santan 30.753 ton, karbon aktif 28.708 ton. Namun perdagangan kelapa dunia tahun 2020 sedikit turun tetapi tidak besar dan tidak untuk seluruh produk. Ketika negara lain kesulitan memenuhi permintaan, ini jadi kesempatan untuk Indonesia memberikan hasil panen terbaik bagi dunia.
Ditemui dalam pameran hasil ekspor agriculture Indonesia 2021, setelah melihat produk yang mereka tampilkan hingga menarik perhatian saya. Direktur Utama PT. BAROOKA GLOBAL INDONESIA (Produk Cocopany) menyikapi kebutuhan ini dengan melakukan banyak inovasi, baik dari segi kualitas juga tentunya penampilan produk yang sangat kekinian. Hampir sekitar 90% produsen arang briket tempurung kelapa di Indonesia memproduksi arang sisha, Indonesia merupakan produsen arang sisha terbesar dan terbaik di dunia. Selain Coco Peat, Cocopany juga memiliki RBD coconut oil, virgin coconut oil, Â 100% coconut shell charcoal briquette, coco fiber, coco coir, dan desiccated coconut meat.
Selain itu juga banyak perusahaan - perusahaan lain yang turut serta dalam pameran. Hasil produk olahan kelapa Indonesia sangat berlimpah, dukungan kerjasama yang baik dengan pemerintah juga diperlukan, secara langsung ikut kontribusi mendukung perekonomian negara. Terutama Arang briket kelapa satu-satunya pasar dimana demand lebih tinggi dari suplai. Banyak permintaan yang tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan bahan baku dan pemenuhan standarisasi ekspor. Bisnis arang tidak ada yang mengatur harga, lain halnya seperti minyak kelapa di bursa Roterdam, sehingga saat ini produsen arang masih bebas menentukan harga sendiri. Bahan baku 100 persen lokal dan produksi masih 100 persen diekspor. Sedangkan untuk kebutuhan lokal untuk arang cukup tinggi namun perilaku konsumen masih tidak mementingkan tampilan kemasan, orientasi hanya lebih ke fungsi dan harga eceran terendah.
Untuk Coco Peat, permintaan China sebesar 3.000 kontainer per tahun, Jepang 1.500 kontainer, Korea 1.500 kontainer, Italia 300 kontainer, Jerman 200 kontainer, Belgia dan Belanda 300 kontainer, Israel 300 kontainer dan negara-negata Timur Tengah 300 kontainer. Kebutuhan sabut kelapa yang luar biasa ini agar bisa memenuhi kebutuhan dunia maka tiap sentra produksi kelapa harus didirikan industri ini. Tentunya industri yang baik juga harus dekat bahan baku.
Semoga dengan berbagi insight ini sudut pandang jiwa usaha kita tergerak, Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H