Mohon tunggu...
Johan Sobihan
Johan Sobihan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Johan Sobihan, atau yang biasa disapa Obby, lahir pada 15 Desember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menengok Kejayaan Masa Lampau Situs Keraton Ratu Boko

17 September 2010   01:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemegahan akan Situs bersejarah Keraton Ratu Boko memang sudah sering saya dengar. Akhirnya saya berkesempatan untuk mengunjungi secara langsung situs ini dalam kunjungan saya ke kota Jogjakarta kali ini.

Saat ini, akses menuju Keraton Ratu Boko sudah relatif bagus, namun akses angkutan umum dari pasar Prambanan masihlah sangat jarang, sehingga kebanyakan pengunjung menggunakan kendaraan pribadi. Saat ini pula, pihak pengelola candi Prambanan – Ratu Boko telah menawarkan paket Prambanan-Ratu Boko. Dengan membayar HTM terusan, pengunjung dapat diantar ke Ratu Boko dengan mempergunakan shuttle setelah menikmati keindahan candi Prambanan, sehingga aksesnya menjadi lebih mudah.

Setelah 30 menit memacu motor dari Kota Jogjakarta, tibalah saya di komplek situs Keraton Ratu Boko. Dengan terlebih dahulu membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000 dan Ijin menggunakan kamera sebesar Rp. 5.000,  saya pun melangkahkan kaki menuju Gerbang utama dari Situs ini. Kurang lebih 500 meter berjalan kaki, gerbang utama Keraton Ratu Boko yang terletak di ketinggian kurang lebih 195,97 di atas permukaan laut terlihat sudah. Dengan melihat sekilas, kekokohan yang terpancar dari gapura ini menunjukkan sebuah karya penciptaan yang sangat indah pada masanya.

Butuh kurang lebih 3 jam untuk saya dapat menikmati situs ini secara keseluruhan, mulai dari Gapura hingga terus ke arah Tenggara menuju Kaputren lalu kembali menuju Gapura kembali. Beruntung hari itu saya bertemu dengan seorang penduduk lokal yang kemudian ikut menemani saya mengitari areal Keraton ini. Selama perjalanan kami, beliau bercerita bahwa semenjak beliau lahir, Keraton Ratu Boko tersebut sudah ada, namun kondisinya sebagian rusak dan sebagian lagi masih tertimbun tanah. Pemugaran Situs Ratu Boko itu sendiri dimulai sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1938. Usaha itu kemudian dilanjutkan pemerintah Indonesia sejak tahun 1952.

Areal Keraton Ratu Boko ini terdiri dari beberapa areal atau teras-teras, yang masing-masing dipisahkan oleh Talud atau Benteng dan Gapura. Namun secara umum, ditinjau dari tata letaknya, areal Keraton Ratu Boko ini terdiri atas 5 kelompok, yaitu :

1. Kelompok Gapura Utama terletak di sebelah barat yang terdiri dari Gapura Utama I yang memiliki 3 pintu dan Gapura II yang memiliki 5 buah pintu, talud, pagar, candi Pembakaran dan sisa-sisa reruntuhan.

2. Kelompok Paseban terdiri dari batur Paseban dua buah, talud dan pagar Paseban.

3. Kelompok Pendapa terdiri dari batur Pendapa dan Pringgitan yang dikelilingi pagar batu dengan tiga gapura sebagai pintu masuk, candi miniatur, serta beberapa kolam penampung air berbentuk bulat yang dikelilingi pagar lengkap dengan gapuranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun