Mangrove, salah satu ekosistem berharga di dunia, memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan pesisir dan memitigasi dampak perubahan iklim. Namun, kerusakan hutan mangrove akibat aktivitas manusia kerap menjadi ancaman yang mengkhawatirkan. Dalam rangka menghadapi tantangan ini dan menyemarakkan Hari Kemerdekaan Indonesia, Sobat Bumi Universitas Pertamina berinisiatif melaksanakan kegiatan Restorasi Lahan Mangrove di Kampung Penempul dan Bandar Bakau Dumai, sebuah langkah nyata untuk mengembalikan ekosistem pesisir yang rusak.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 13 -- 16 Agustus 2024 ini melibatkan kolaborasi antara 7 Mahasiswa Sobat Bumi PHR Universitas Pertamina, Kelompok Tani Hutan (KTH) Bandar Bakau, Rimba Satwa Foundation (RSF) sebagai mitra pelaksana, serta masyarakat Kampung Penempul. Program ini mendapatkan dukungan penuh dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Â -- WK Rokan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perhutanan Sosial dan Restorasi Mangrove PHR WK Rokan.
Kampung Penempul, yang berada di kawasan Pesisir Dumai, merupakan salah satu wilayah yang mengalami dampak akibat kerusakan ekosistem mangrove. Penebangan liar dan konversi lahan telah merusak hutan yang sebelumnya berfungsi sebagai pelindung alami wilayah tersebut. Hutan mangrove yang berfungsi sebagai penyerap karbon, kini mengalami penurunan luas, yang berarti wilayah ini kehilangan salah satu kemampuannya untuk menyerap dan menyimpan karbon. Oleh karena itu, restorasi mangrove bukan hanya untuk menjaga ekosistem pesisir, tetapi juga untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga keseimbangan iklim global.
Salah satu pilar utama dalam kegiatan restorasi ini adalah Bank Mangrove Bandar Bakau, sebuah pusat pembibitan mangrove yang telah berdiri sejak 2010. Bank Mangrove ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan ketersediaan bibit mangrove yang berkualitas untuk program restorasi. Upaya restorasi di Kampung Penempul kali ini berhasil mencapai target penanaman yaitu 300 bibit mangrove. Rinciannya, 250 bibit bakau kuning (Bruguiera sexangula) ditanam di Kampung Penempul, sementara 50 bibit lainnya yang terdiri dari bakau bandul (Rhizophora mucronata) dan bakau nyiri abang (Xylocarpus granatum) ditanam di Bandar Bakau Dumai menggunakan metode biodiversity. Metode ini memastikan bahwa keanekaragaman hayati di wilayah tersebut terjaga, dengan bibit dari berbagai spesies mangrove ditanam secara bersamaan untuk menciptakan ekosistem yang lebih stabil.
Salah satu tokoh aktivis yang memimpin kegiatan ini adalah Darwis Mohammad Saleh, atau yang lebih dikenal sebagai Datuk Bandar Bakau. Beliau adalah seorang aktivis lingkungan yang berjuang selama puluhan tahun untuk melindungi ekosistem mangrove di wilayah Dumai. "Saya, warga negara Indonesia, dan saya ingin menyelamatkan bagian pesisir Indonesia yang kebetulan di kampung saya. Jadi nasionalis, baru bisa serius untuk menghidupkan mangrove." tutur Darwis.Â
"Selain aksi restorasi lahan mangrove, kita juga mengadakan seremonial pengibaran 2024 bendera merah putih dan simbolis penanaman mangrove sebagai pembuka aksi yang turut mengundang beberapa pemangku kepentingan di Kota Dumai" tutur Regitha, salah satu Mahasiswa Sobat Bumi Universitas Pertamina.
Kegiatan restorasi lahan mangrove di Kampung Penempul ini merupakan bagian dari investasi jangka panjang dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Dengan tercapainya target penanaman bibit mangrove, harapannya wilayah pesisir Dumai akan pulih secara bertahap, mampu menahan abrasi, mengurangi polusi, dan berperan dalam menyerap karbon, sehingga memberikan manfaat baik secara ekologis maupun sosial. Keberhasilan program ini tidak hanya menguntungkan lingkungan, tetapi juga memperkuat hubungan antara manusia dan alam, serta menginspirasi generasi mendatang untuk terus menjaga kelestarian lingkungan di seluruh penjuru Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H