Keberadaan Dewan Adat Papua memberi harapan akan datangnya perdamaian di tanah Papua. Hampir enam dekade, warga Papua terjebak dalam situasi konflik berkepanjangan yang tak mengenal usai. Mereka merindukan datangnya angin perubahan yang membawa suasana damai dan perbaikan tata kehidupan di Papua.
Sebagian besar warga Papua berharap ada perbaikan, terutama melalui percepatan pembangunan kawasan yang tepat. Untuk itu, mereka ingin terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan. Dewan Adat Papua menjadi salah satu ikon masyarakat akar rumput di Papua yang mempelopori partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik.
Perubahan di Papua di masa mendatang terihat dalam dokumen perencanaan pembangunan, baik jangka menengah maupun jangka panjang. Dewan Adat Papuamenyadari pembuatan dokumen tersebut didominasi oleh kekuatan politik, akademisi, dan teknokrat. Peran masyarakat, terutama masyarakat adat, masih sangat minim. Tak heran bila ada sejumlah program pembangunan yang justru meminggirkan dan merugikan masyarakat.
Pada akhir Oktober 2015, Dewan Adat Papua akan menggelar Konferensi Besar Masyarakat Adat III di Biak. Konferensi ini menjadi ruang yang tepat untuk mengevaluasi perjalanan organisasi Dewan Adat Papua. Konferensi merupakan media untuk mengidentifikasi pelbagai potensi, termasuk menetapkan strategi yang tepat untuk pengelolaan potensi yang dimiliki Dewan Adat Papua
Masyarakat Papua berharap konferensi ini akan memperkuat komitmen perdamaian. Papua memiliki beragam potensi dan sumberdaya yang belum diolah menjadi modal percepatan pembangunan tanah Papua. Dalam situasi damai, masyarakat dapat fokus menata roda perekonomian keluarga, termasuk mempersiapkan generasi penerus Papua yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H