Mohon tunggu...
Sobat Budiman
Sobat Budiman Mohon Tunggu... -

Media berbagi gagasan dan cerita tentang dunia perdesaan dan inovasi percepatan pembangunan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Budiman Sudjatmiko dan Mimpi Anak-anak Indonesia

16 Februari 2014   15:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322966" align="alignnone" width="600" caption="Budiman Sudjatmiko dan Buku Anak-Anak Revolusi "][/caption]

"Mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga."

Demikian Pendapat Sigmund Freud, pencetus teori psikoanalisis. Bagi Freud, pada dasarnya hakikat mimpi hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata.

Buku Anak-Anak Revolusi bercerita tentang pengalaman hidup seorang anak desa bernama Budiman Sudjatmiko. Buku setebal 492 halaman itu berisi apa yang dia pikirkan tentang bangsa ini saat usia belia, tentang jati diri, kekaguman, dan kenyataan hidup yang dia saksikan.

“Manusia, harus mencari apa yang paling menggelisahkannya sewaktu kecil. Turuti apa yang kamu sukai dari kecil, konsisten dan kemudian kejar," jelas Budiman saat didaulat menjadi narasumber pada Forum Diskusi Mahasiswa (FDM), Senat Mahasiswa Universitas (SMU), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jumat (7/2).

Budiman Sudjatmiko lahir dan tumbuh di Desa Ponjehan, Majenang, Cilacap. Dia memilih tinggal bersama kakeknya karena kedua orang tuanya memilih hidup sebagai kaum urban di Kota Bogor. Kakeknya seorang tokoh nasionalis Soekarno yang menjabat sebagai kepala desa pada zaman peralihan Orde Lama ke Orde Baru.

Budiman juga menyaksikan dan merasakan kegelisahan batin kakeknya yang terpaksa berkompromi dengan kepentingan pemerintah Orde Baru. Bahkan kakeknya, yang adalah pendukung setia Soekarno justru, mau tidak mau, harus menggiring warganya untuk memilih Golkar.

Dalam buku Anak-Anak Revolusi, kegelisahan itu terekam jelas. Buku itu menjadi catatan Iko, panggilan Budiman Sudjatmiko kecil, yang ditulis ala novel heroik-romantis. Di Desa Ponjehan, dia menyaksikan kehidupan rakyat desa yang miskin. Mereka hidup dalam keterbatasan. Budiman menyaksikan kematian para tetangganya akibat jerat kemiskinan. Di sana, Budiman kecil melihat bagaimana orang-orang takut pada rezim Orde Baru dan wajib memilih Golkar saat Pemilu.

Anak-Anak Revolusi memperlihatkan jalan panjang dan berliku yang mesti dilalui Budiman untuk konsisten memperjuangkan sesuatu. Sesuatu yang menghantuinya sejak kecil, sesuatu yang diyakininya sejak remaja, sesuatu yang dipilihnya sebagai jalan hidup bahkan ketika dia belum dewasa.

Mimpi tentang Indonesia.

Tulisan Terkait:
Budiman Sudjatmiko Kobarkan Semangat Anak-Anak Revolusi di Surabaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun