Boyolali (23/7/2020) -- Masa pandemi belum selesai dan protokol kesehatan harus terus digalakkan demi memutus mata rantai penyebaran covid-19. Himbauan pemerintah dengan berjemur dibawah sinar matahari diwaktu pagi jam 9 -- 11 ini cukup efektif dalam membunuh kuman dan virus yang menempel pada tubuh, karena adanya sinar UV (ultraviolet) Â yang dipancarkan oleh matahari. Namun disisi lain, sinar UV ini juga dapat membahayakan bagi tubuh manusia khususnya pada kulit, karena gelombang elektromagnetik ini memiliki daya radiasi sangat besar sehingga dapat menyebabkan beberapa gangguan pada kulit jika terlalu lama dibawah sinar matahari seperti terjadinya kulit yang terbakar, penuaan dini, dan bisa juga menyebabkan kanker kulit. Mengingat bahaya dari radiasi ultraviolet (UV) matahari, maka perlu adanya perlindungan meski tubuh telah menyediakan sistem perlindungan alami.
Sedikit gambaran tentang perlindungan diri yang dihasilkan oleh tubuh adalah dengan produksi melanin dalam tubuh dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar UV, namun melanin yang diproduksi berlebihan dapat menyebabkan kulit menjadi gelap. Jadi semakin gelap kulit seseorang semakin baik perlindungannya terhadap radiasi sinar UV. Ketika  jaringan kolagen dan kelenjar minyak tidak mampu lagi untuk memproduksi kolagen dan minyak maka kulit akan berkurang kelembapan serta proses regenerasinya. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan diri yang mampu digunakan untuk menangkal radikal bebas dari sinar ultraviolet.
Beberapa waktu lalu telah berlangsung kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat desa Gilirejo tentang pentingnya protokol kesehatan di masa pandemi tepatnya pada 23 Juli 2020. Di pandu oleh salah satu mahasiswa Undip, Siti Nurkhasanah dari jurusan Fisika angkatan 2017 mensosialisasikan bagaimana menyikapi tantangan di masa New Normal akibat pandemi covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan yang ada untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Dalam sosialisasi tersebut, mahasiswa KKN Mandiri ini memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana caranya membuat sunblock menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar sebagai salah satu program monodisiplin ilmu yang di jelaskan dengan praktik langsung cara pembuatannya. Pembuatan sunblock alami anti radiasi ini diikuti oleh ibu-ibu PKK SEBANYAK 27 orang dengan protokol kesehatan masing-masing.Â
Bersama dengan pembentukan kelompok Asmantoga (Asuhan Mandiri Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga) yang dipimpin langsung oleh salah satu anggota PKK, memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan obat-obat alami yang dapat digunakan dalam peningkatan imunitas diri. Masyarakat Gilirejo di berikan edukasi bahwa pandemi ini mengingatkan kepada seluruh warga khususnya Desa Gilirejo untuk dapat melihat lebih luas lebih dalam bahwa pandemi covid-19 ini menganjurkan kita untuk kembali ke alam. Memanfaatkan obat-obatan alami untuk menjaga kesehatan termasuk meningkatkan imunitas yang sangat penting dalam menangkal penyebaran covid-19. Sehingga dengan terbentuknya kelompok Asmantoga di Desa Gilirejo yang diusulkan oleh Siti Nurkhasanah (Mahasiswa KKN) dan beberapa ibu PKK dapat memberikan gertakan baru masyarakat tanggap covid-19 demi memutus rantai penyebaran virus berbahaya ini. Sejalan dengan itu, penyuluhan Asmantoga dihubungkan dengan pembuatan sunblock yang menggunakan bahan-bahan alami dan tentunya mudah oleh masyarakat untuk mendapatkannya. Dengan memanfaatkan wortel, minyak zaitun, madu, dan buah lemon bisa tercipta sebuah inovasi sunblock alami yang digunakan sebagai penangkal radiasi bebas sinar UV (Ultraviolet). Ini sesuai dengan anjuran pemerintah agar berjemur dibawah sinar matahari diatas jam 9 untuk mematikan virus-virus yang menempel pada tubuh.