Salah satu unsur terpenting dalam pendidikan, terutama pendidikan formal di sekolah adalah keberadaan seorang guru. keberadaan seorang guru di sekolah tidak hanya memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilannya saja, namun keberadaan guru juga sebagai fasilitatot pengembangan karakter dan etika siswa serta pendukung emosional bagi siswa, terutama dalam menghadapi tantangan belajar dan masalah pribadi.
Spiritualitas guru adalah dasar atau roh yang menyemangati dan menggerakkan guru dalam menjalankan tugas (Paul Suparno:2019). Seorang guru yang memiliki spiritualitas tinggi mampu menjadi teladan dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang luhur, seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Spiritualitas ini bukan hanya soal agama, melainkan juga mencakup kesadaran akan tujuan hidup yang lebih besar, serta tanggung jawab dalam membimbing siswa menuju kebaikan.
Di era digital yang serba cepat dan materialistik, nilai-nilai sering kali terpinggirkan oleh fokus pada pencapaian akademik dan prestasi duniawi. Teknologi yang seharusnya menjadi alat bantu pendidikan, terkadang malah menjadi penghalang bagi interaksi manusiawi yang mendalam antara guru dan siswa. Hal ini membuat guru harus lebih kreatif dalam menyelaraskan penggunaan teknologi dengan pengajaran nilai-nilai.
Untuk menghadapi tantangan ini, guru perlu memperkuat spiritualitas pribadinya sebagai seorang pendidik dan memperkuat komunitas di lingkungan sekolah. Dukungan dari lingkungan kerja yang harmonis, serta kesempatan untuk pengembangan diri dapat membantu guru menjaga keseimbangan antara tuntutan profesional dan kebutuhan spiritualitasnya sebagai seorang pendidik. Dengan demikian, guru akan tetap mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi siswa dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H