Tim PPK Ormawa IAAS LC UB telah memasuki tahap penerapan sistem pengendalian hama lalat buah berbasis IoT sebagai salah satu program unggulan. Program ini menggunakan feromon sebagai perangkap hama lalat buah yang diintegrasikan dengan sensor untuk menghitung populasi hama lalat buah. Nantinya, data populasi hama lalat buah yang terperangkap akan digunakan untuk mengetahui serangan hama lalat buah, apakah sudah melewati ambang batas ekonomi atau belum. Sistem ini menerapkan prinsip Integrated Pest Management dengan melakukan proses analisis kerusakan yang terjadi dahulu. Kemudian, diikuti dengan rekomendasi praktik pengendalian hama berdasarkan data yang telah dianalisis sebelumnya.
Pada 17 Juli 2024, Tim Pelaksana PPK Ormawa IAAS LC UB melakukan koordinasi bersama UB Tech untuk mendiskusikan prototype perangkap yang akan digunakan.
“Koordinasi dengan pihak mitra adalah salah satu kegiatan yang penting pada tahap awal kegiatan PPK Ormawa. Sebelum melakukan penerapan perangkap, perlu persiapan perlengkapan dan lokasi yang matang agar nantinya proses yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang telah diinginkan, yaitu dapat menjadi perangkap pengendali hama yang terintegrasi,” ujar Satria Dwi Rahmad Ali selaku ketua tim pelaksana PPK Ormawa IAAS LC UB.
Program yang dibawakan oleh tim PPK Ormawa IAAS LC UB tahun ini tidak hanya berfokus pada pengendalian hama saja, tetapi juga pengelolaan limbah jeruk menjadi pupuk organik dan kompos. Limbah jeruk tersebut didapatkan dari sisa serangan hama lalat buah dan yang terjatuh dari pohonnya, sehingga tidak layak untuk dipasarkan, tetapi masih memiliki fungsi lain sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik dan kompos.
“Kami mencoba melihat masalah yang ada pada lahan ini secara keseluruhan dan ternyata serangan hama bukan hanya perlu dikendalikan populasinya saja, tetapi juga perlu upaya untuk memanfaatkan dampak kerusakan yang ditimbulkan untuk dapat menjadi produk yang memberi nilai fungsi bagi petani,” ujar Fauziah Hasanah selaku salah satu anggota tim pelaksana PPK Ormawa IAAS LC UB.
Program ini diharapkan mampu memberikan solusi bagi lahan jeruk petani yang diserang oleh hama lalat buah agar angka populasinya dapat ditekan, sehingga kualitas dan kuantitas produksi jeruk dapat terjaga. Hal ini sesuai dengan SDGs no. 8 yang berkaitan dengan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, adanya pengolahan limbah sisa jeruk menjadi produk berupa pupuk organik dan kompos diharapkan dapat membantu mengurangi sampah organik yang terbuang sia-sia yang sejalan dengan SDGs no. 15 mengenai upaya menjaga ekosistem darat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H