Mohon tunggu...
Herry Setyawan
Herry Setyawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

..life is live your dream and wear your passion..

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Melawan Siapa, Sih?

14 Mei 2013   19:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:35 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya PKS emosi. Itu artinya PKS masuk dalam perangkap, tak bergerak terkunci dalam sorotan publik. Sementara publik mengenakan ‘kacamata ‘para penguasa media yang sebagian notabene lawan-lawan politik mereka. Sudah bisa ditebak, kan, berita apa saja yang akan muncul dihadapan publik? Setiap hari masyarakat bakal disuguhi oleh berita-berita yang berbahaya buat citra PKS, terlebih menjelang 2014, waktu-waktu yang cukup kritis untuk membentuk opini masyarakat.

Teng, betul saja kan, siang tadi sebuah media memblow-up masalah absensi di DPR yang menohok PKS, padahal masalah ini jauh dari wilayah masalah yang tengah berkembang, dan padahal belum tentu juga partai lain absensinya lebih baik dari PKS, coba deh dibuka.

Kemarin seorang petinggi PKS lantang menantang KPK dan PPATK untuk membuka semua aliran dana Fathanah, karena mungkin ia yakin sekali bahwa tak ada aliran dana Fathanah ke partainya. Bahkan bisa jadi malah aliran dana itu justru mengalir ke Pihak-Pihak lain, bukan tidak mungkin ke musuh-musuh politik PKS. Dan tantangan itu-pun tadi pagi dengan lembut dijawab oleh PPATK “20 perempuan menerima aliran dana Fathanah.” Heheeehh....

Dimata saya perlawanan PKS artinya memukul wajah sendiri. Seperti masuk dalam kubangan lumpur hidup, setiap gerakan akan semakin menenggelamkannya. Seperti berteriak didalam ember, semakin berteriak suaranya akan semakin memekakkan telinganya sendiri. Untuk itulah seorang pengamat politik yang mungkin prihatin dengankondisi PKS di sebuah televisi swasta semalam menyarankan agar PKS lebih memilih untuk diam. Percuma PKS berteriak melawan, karenamereka tak memiliki corong. Lebih baik bersih-bersih seperti apa yang dilakukan oleh Partai Demokrat ketimbang melawan. Karena yang dilawan bukan sekedar KPK, tetapi kekuatan politik yang sudah mampu menyerap energy publik.

Terbukti dengan politik ‘bersih-bersihnya’ Partai Demokrat sekarang ‘anteng-anteng’ saja, kan? Partai Demokrat seperti terlempar dari badai ke sungai yang tenang. Reaksi publik reda. Reaksi KPK-pun kalem. Dua tersangka korupsi mereka masih bisa jalan-jalan menikmati udara bebas. Yang sudah dipenjara-pun tenang-tenang saja, tak ada kabar rumah atau mobil yang disegel apalagi disita, padahal kita yakini bersama pastilah rumah atau mobil LHI tak semewah dan sebanyak para terpidana itu.

Dengan ‘melawan’ artinya PKS juga berperan dalam mengalihkan perhatian publik. Berapa banyak kasus korupsi yang sementara terlupakan akibat fokus masyarakat beralih ke PKS. Bahkan misi PKS untuk menggelindingkan kembali kasus Century-pun jadi terhenti, tak mampu membuat segala unsur bergairah untuk mengangkat kasus ini kembali. Bukankah, itu artinya mematahkan langkahnya sendiri? Belum lagi korupsi2 yang melibatkan petinggi partai-partai lain, seperti Kasus Korupsi Alquran yang katanya hampir saja menyundut ‘puser’ sebuah partai besar atau korupsipajak tambang yang tak jua jadi disentuh padahal di tenggarai melibatkan banyak petinggi2 partai. Yah, minimal sampai Pemilu datang kalau bisa fokus KPK dan masyarkat tetaplah di PKS. Setelah itu, dipikirin nanti. Bukankah dengan melawan itu artinya PKS sama saja mempersilahkan koruptor lain berlari sekencang mungkin menyongsong Pemilu? Sementara ia dipukuli massa diperempatan jalan??

Ingat juga, katanya penyidik KPK itu kan jumlahnya terbatas, kalau dilaporkan ke polisi, abis dong nanti sibuk dengan kasusnya sendiri-sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun