Mohon tunggu...
Herry Setyawan
Herry Setyawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

..life is live your dream and wear your passion..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Arifin dan George Berjuang Setengah Hati?

26 November 2012   02:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:40 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Terlalu dini memang menghakimi ‘kegagalan’ Timnas semalam. Kompetisi baru dimulai, masih punya harapan untuk menjadi juara, atau minimal menyamai prestasi periode lalu. Tetapi gambaran penampilan Timnas semalam memang layak untuk diberi label ‘tak layak’.  Gairah, strategi, kualitas permainan Timnas jauh cemerlang jika dibanding periode lalu.

Maklum. Sepertinya terdengar pantas kata ‘maklum’ disematkan pada buruknya penampilan Timnas semalam. Pertikaian ditubuh persepakbolaan Indonesia menjadi alasan yang paling layak untuk semua ini. PSSI bisa dengan mudah berkilah bahwa sebagian besar pemain terbaik di negeri ini dikuasai oleh KPSI. Lalu harus bagaimana?

Teringat tahun lalu ketika Arifin Panigoro dan George Toisuta dengan gagah mengobrak-abrik dominasi Nurdin CS di PSSI, yang berbuntut rontoknya kekuasaan Nurdin CS secara ‘legitimate’ di PSSI. Saat itu masyarakat tengah melambung dalam kebanggaan luar biasa memiliki timnas yang gagah. Slogan ‘Garuda di Dadaku’ membahana  dari cicit kecil anak TK sampai mbah buyut yang tak pernah mengerti sepakbola.  GBK yang luas menjadi sempit. Facebook, Twitter, Blog, Media berhias warna merah saat Timnas tampil. Sepanjang hidup saya,  Indonesia tak pernah se-Indonesia itu.

Dan gebrakan Arifin Panigoro CS jelas-jelas diterima oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia yang tengah dilambung kebanggaan itu jelas-jelas akan menyambut setiap kebaikan yang datang demi semakin gagahnya Sang Garuda. Dukungan moral luar biasa berada dibelakang mereka. Nurdin CS menjadi seperti ‘teroris’ perusak sepakbola Indonesia. Nurdin CS menjadi tokoh yang selalu disebut dalam setiap sumpah serapah masyarakat Indonesia tentang sepakbola. Sementara Arifin Panigoro disambut laksana Ksatria pembela kebenaran, atau kalau disandingkan dengan Teroris, mereka ‘Densus’-nya lah.

Tetapi bagaimana hasilnya?

Disadari bahwa perjuangan memang tak semudah yang dibayangkan. Begitu Nurdin CS angkat kaki dari singgasana PSSI tak berarti masalah selesai. Entah Arifin dan George memprediksi hal ini atau tidak, tetapi genderang telah terlanjur ‘berderang.’ Harapan masyarakat telah terlanjur tertambat dibahunya. Tinggal masyarakat menunggu hasil apa yang bisa mereka persembahkan.

Paling tidak untuk saat ini GBK sudah terasa semakin luas, karena hanya segelintir penonton yang  sudi datang untuk mendukung Timnas dalam setiap laga-nya. Garuda berubah menjadi ‘emprit’ di timeline.  Bahkan tak sedikit pencinta sepak bola Indonesia yang justru  semalam menjagokan Laos, sebagai ungkapan kekecewaan dan keprihatinan mereka terhadap kualitas timnas saat ini.

Ayo Pak George, Ayo Pak Arifin, anda sudah memukul gong. Rakyat sudah mengantarkanmu ke singgasana, meski memang mahkota ada dikepala Pak Djohan, tetapi rakyat tau siapa Raja sebenarnya.

Masyarakat-pun rindu Indonesia se Indonesia tahun lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun