Halo, sahabat kompasiana! Hari Jumat lalu, tanggal 21 April 2017, saya menghadiri sebuah kuliah umum yang diselenggarakan oleh kampus FISIP UAJY. Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, kuliah umum ini membahas tentang potensi sumber daya hutan dan cara pengelolaan hutan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan di Indonesia. Alasan dibahasnya hutan sebagai potensi sumber daya di Indonesia, salah satunya karena Indonesia merupakan pemilik hutan terluas di dunia.Â
Kuliah umum yang diadakan kampus menghadirkan dua pembicara, yaitu Petrus Gunarso selaku Advisor dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan bagian dari April Group, dan Nyoman Iswarayoga selaku Directional External Affairs. Kedua narasumber merupakan sosok yang dapat dikatakan mengenal hutan. Pak Petrus sendiri sering keluar-masuk hutan untuk melihat kondisi pepohonan. Sedangkan Pak Nyoman lebih bergerak di bidang gerakan sosial seperti kampanye mengenai lingkungan.
Berdasarkan presentasi dari narasumber pertama, Pak Petrus, ia bercerita bahwa April Group merupakan sebuah pabrik kertas yang terletak di Propinsi Riau. Perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dikatakan mengatur dari proses yang paling awal hingga akhir. April Group sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, dan memiliki prinsip yang dikenal dengan 4C. Prinsip ini meliputi Community, Country, Climate, Company. Urutan dari keempat prinsip ini bukan tanpa sebab, karena menurut Pak Petrus, perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memprioritaskan community terlebih dahulu, lalu yang selanjutnya.
Menurut data yang diberikan selama kuliah umum, Indonesia memiliki luas hutan sebesar 130 juta hektar, yang kemudian dibagi menjadi beberapa fungsi. Seluas 70 juta hektar dialokasikan sebagai hutan produksi (hutan alam dan hutan tanaman). Kemudian seluas 10 juta hektar sudah diberikan izin untuk hutan tanaman industri, dan 3,5 juta hektar di antaranya sudah ditanami hingga tahun 2016.
Sebagai perusahaan pembuatan kertas, April Group tidak serta merta menggunakan semua luas hutan yang ada di wilayahnya. PT RAPP pun membuat hutan konservasi di dalam wilayah hutan tanaman industri. Hutan konservasi tersebut dikatakan tidak boleh untuk menggantikan hutan tanaman industri, karena kebutuhan industri sudah dipastikan terpenuhi  walau hanya melalui hutan tanaman industri. Hutan yang berada dalam wilayah PT RAPP ini dikatakan hampir seluas delapan kali negara Singapura, sehingga dibutuhkan helikopter untuk mengecek seluruh keadaan hutan. Penggunaan helikopter ini karena tidak memungkinkan jika berjalan kaki.
Tahun 2015 lalu, PT RAPP mengakui merupakan tahun dengan peristiwa kebakaran hutan terburuk. Meskipun kebakaran hutan terjadi di daerah Jambi, namun dampak kebakaran hutan sangat terasa di Riau. Kabut tebal menutupi daerah Riau, sehingga persediaan udara segar hampir tidak ada. April Group pun mengakui penyebab terbesar kebakaran hutan adalah deforestasi hutan (pengalihan fungsi lahan). Akhirnya April Group pun mengajak masyarakat desa di sekitar pabrik untuk merawat lingkungan yang ada di sekitarnya.
April Group melakukan program pemberdayaan masyarakat, mulai dari memberikan pelajaran mengenai cara menjaga lingkungan, tanggap bencana, hingga membuka peluang bisnis bagi masyarakat. Desa yang berada di sekitar pabrik tidak hanya satu atau dua saja, melainkan ada sekitar 24 desa.Â
Melalui program ini, setiap desa dipilih ketua pemberdayaan untuk bertanggungjawab atas lingkungan di sekitarnya. Penghargaan yang diberikan oleh PT RAPP pun tidak tanggung-tanggung. Jika dalam satu tahun lingkungan yang berada di desa setempat tidak mengalami kebakaran, maka akan diberikan hadiah sebesar 100 juta rupiah untuk pengembangan program desa.
Membicarakan tentang hutan, tidak hanya berisi mengenai tanaman saja, tetapi juga mengenai satwa. Berawal dari rasa penasaran, Pak Petrus melakukan penelitian biodiversityuntuk melihat seberapa beragamnya satwa yang tinggal di hutan konservasi. Beliau akhirnya memasang kamera sekitar 200 buah di dalam hutan untuk melihat keanekaragaman satwa.Â
Ternyata, di dalam hutan konservasi terdapat harimau, dan bahkan buaya muara yang berjarak satu kilometer dari tempat penjagaan. Â Tidak tanggung-tanggung, perusahan pun juga melatih gajah untuk mengusir sesama gajah yang mengganggu warga dengan menghadirkan pelatih dari Thailand dan dokter hewan.
Setelah mendengarkan presentasi Pak Petrus, kuliah umum dilanjutkan presentasu dari Pak Nyoman. Beliau memiliki porsi lebih besar dalam membahas cara berkomunikasi mengenai lingkungan. Menurut Pak Nyoman, di bumi tidak terjadi perubahan iklim. Hal ini dijelaskan beliau bahwa bumi pada akhirnya akan menua lalu akan tergantikan dengan bumi baru, dan sekarang dapat dikatakan sedang terjadi gejala-gejala penuaan pada bumi.