Sabtu kemarin, tanggal 6 Mei 2017, saya mengikuti perkuliahan Komunikasi Lingkungan di kampus. Materi yang diberikan pada hari itu mengenai jurnalisme lingkungan. Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui arti dari jurnalisme lingkungan.
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai suatu peristiwa, menulis, mengedit, dan menyebarkan hasilnya ke publik. Kegiatan mengedit dapat dikatakan sebagai gatekeeping sebuah tulisan sebelum akhirnya disebarkan ke publik. Sedangkan lingkungan adalah segala yang ada di sekitar kita. Isi dari lingkungan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang hidup saja, tetapi juga termasuk sosial, politik, dan budaya. Jadi dapat ditarik kesimpulan jurnalisme lingkungan adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai peristiwa yang ada di sekitar kita.
Jurnalisme lingkungan memiliki fokus yang cenderung membicarakan topik-topik seputar keadaan lingkungan, seperti kerusakan alam, pencemaran, keadaan bumi, dan sebagainya. Melalui jurnalisme lingkungan, terdapat beberapa fungsi yang dijalankan, yaitu draw from, contribute to, dan  intergrate with. Dalam perjalanan jurnalisme lingkungan, turut hadir pula development journalism (jurnalisme pembangunan). Jurnalisme pembangunan ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur daerah, seperti jalan, bandara, MRT, hotel / apartement, industri, dan sebagainya. Hasil yang ingin dicapai dari adanya jurnalisme lingkungan dan jurnalisme pembangunan adalah perubahan karakter.
Jurnalisme lingkungan dan jurnalisme pembangunan sama-sama membutuhkan media untuk menyebarkan informasi yang didapatkan kepada publik. Media berperan mengangkat isu-isu yang ada di sekitar kita agar menarik perhatian masyarakat. Kedua jenis jurnalisme ini awalnya berjalan beriringan, namun kini menjadi bertolak belakang, karena memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Dalam sebuah peristiwa atau isu lingkungan, reaksi orang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu people-centred dan planet-centred.
People-centred adalah reaksi berdasarkan pertimbangan sisi manusia. Sedangkan planet-centred adalah rekasi berdasarkan pertimbangan sisi alam. Jika diperhatikan, isu-isu yang berasal dari jurnalisme lingkungan maupun jurnalisme pembangunan sama-sama penting. Terkadang, yang terjadi di lapangan adalah hal-hal yang dianggap penting dalam masyarakat belum tentu dianggap penting juga oleh pemerintah. Sehingga yang muncul adalah perbedaan pandangan akan kebutuhan dalam suatu daerah tertentu.
Dalam membingkai suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, wartawan memiliki tiga aspek yang memengaruhi framing-nya. Ketiga aspek tersebut adalah hand, head, heart. Hand (tangan) dimaknai dengan kemampuan yang dimiliki oleh wartawan. Head (pikiran) merujuk pada kognisi dari wartawan. Sedangkan heart (hati) adalah perasaan yang dimiliki wartawan, dan ini menyangkut hati nurani seseorang. Dapat dikatakan jika nurani seeorang wartawan sangat peka, akan ada kecenderungan wartawan untuk lebih melihat sisi masyarakat yang mengalami peristiwa, begitu juga sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H