Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perselingkuhan dan KDRT Orangtua: Retaknya Jembatan Masa Depan Anak

6 November 2022   19:19 Diperbarui: 6 November 2022   20:26 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekecewaan atas penyaksian perselingkuhan dan KDRT kedua orang tuanya dapat bertumpuk dan bertumpuk seiring waktu. Seorang anak yang belum memahami cara bersikap dan menata hatinya dapat terjebak dalam jurang kekecewaan yang pada akhirnya berakibat pada depresi dan trauma. Emosi-emosi negatif yang ia rasakan, mulai dari bingung, resah, marah, benci, sampai dengan kecewa dapat menjadi pemicu permasalahan lainnya [6].

Emosi negatif yang bertumpuk tersebut dapat membuat anak melampiaskannya pada lingkungan di sekitarnya. Ia akan mulai bersikap kasar dan abai dengan lingkungan sekitarnya. Hancurnya persepsi anak terhadap orang tua hingga akhirnya terkikislah motivasi serta energi positif yang membuat performa belajar anak pun menurun [7]. 

Terancamnya Keharmonisan Keluarga dan Kesehatan Mental Anak

Semua orang tahu bahwa perselingkuhan dan kekerasan yang terjadi dalam suatu rumah tangga dapat berakibat pada keretakan keluarga. Seorang anak yang menjadi saksi keretakan keluarganya akan terjatuh ke lubang gelap yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan dirinya.

Keluarga yang tidak harmonis akan berdampak buruk bagi anak. Seorang anak akan mengalami stres dan pada akhirnya stres tersebut akan membuat proses pertumbuhannya tidak sempurna. Anak cenderung akan menjadi abai dan malas karena telah kehilangan semangat yang diakibatkan oleh disharmoni keluarga [8]. 

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di University of Sussex, seorang anak yang terlanjur menyaksikan ketidakharmonisan keluarga ketika beranjak dewasa berisiko memiliki penyakit mental. Tidak hanya itu, jika disharmoni keluarga sudah sangat parah, bukan hal yang mustahil bagi seorang anak untuk memilih mengakhiri hidupnya [9]. 

Berubahnya Perspektif Anak tentang Cinta

Keluarga dan orang tua adalah tempat seorang anak belajar dan berproses. Apabila dalam perjalanannya berproses kedua orang tuanya saling menyakiti, anak secara tidak sadar menganggap bahwa hal tersebut normal. Perspektifnya mengenai sikap terhadap orang yang dicintainya akan rusak. Pada akhirnya, ketika dewasa,  anak akan melakukan tindakan yang telah ia lihat di masa kecil. Ia cenderung akan berselingkuh dan melakukan kekerasan [10].

Perselingkuhan dan KDRT orang tua yang disaksikan oleh anak dapat sangat merusak masa depannya. Seorang anak akhirnya tumbuh dari proses yang akarnya sudah rusak. Ia tumbuh dari keretakan-keretakan yang ia sendiri bingung cara memperbaikinya. Hal ini sangat perlu menjadi perhatian utama dari kasus-kasus perselingkuhan dan KDRT yang ada.

"Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun, anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua."

- James Baldwin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun