Keluarganya bertumpu pada dirinya sebab kekeringan dan hujan bandang menamatkan sumber penghasilan satu-satunya bagi mereka. Sekarang bukan buku dan pekerjaan rumah lagi yang Ia kemas, melainkan raganya. Bukan sekolah lagi yang Ia kunjungi, melainkan sebuah kamar asing. Rasa asing juga kian menyelimuti tubuhnya yang masih belia. Ia tahu betul resiko dari pekerjaan yang Ia lakukan, sayangnya Ia tidak bisa lagi memilih. "Tak ada ruang untuk keraguan, keluargaku harus bisa bertahan hidup," batinnya berkata.
Narasi di atas merupakan sepenggal kisah dari seorang anak yang terlibat praktik prostitusi di negara yang rentan terhadap krisis iklim. Lantas, apa yang melatarbelakangi hal tersebut? Lalu apa korelasi antara gentingnya perubahan iklim dengan prostitusi anak? Mari kita selidiki lebih dalam terkait kompleksnya dampak perubahan iklim dan kaitannya dengan eskalasi kasus prostitusi anak.Â
Peliknya Dampak Perubahan Iklim
Secara umum isu perubahan iklim kerap hanya dilihat pada aspek dampaknya terhadap lingkungan. Nyatanya, perubahan iklim merupakan suatu isu yang kompleks. Analisis interdisipliner yang melibatkan kelas, kekuasaan, dan politik seringkali hilang dari narasi-narasi yang seharusnya jadi hal yang sangat penting untuk dianalisis pada isu perubahan iklim [1]. Ketika dampak perubahan iklim meningkat, jutaan orang yang termarjinalkan rentan menghadapi kesenjangan sosial. Akar penyebab kerentanan mereka terletak pada kombinasi lokasi geografis, social economic situation (SES), budaya, gender, akses mereka ke layanan masyarakat, pengambilan keputusan, dan keadilan [2].Â
Bencana alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim, mendesak para kelompok marginal untuk bermigrasi dan mengais nafkah untuk bisa bertahan hidup. Hal ini membuat mereka rentan terlibat pada human trafficking, perbudakan, dan prostitusi. Berdasarkan laporan dari  International Institute for Environment and Development (IIED) pada mei 2022, "faktor-faktor seperti kemiskinan, marginalisasi sosial, pembangunan yang tidak merata, dan ketidaksetaraan gender diakui sebagai faktor yang membentuk kerentanan terhadap perdagangan manusia," sehingga dapat dikatakan bahwa migrasi, human trafficking, dan prostitusi merupakan domino effect dari perubahan iklim [3].
Kelangkaan komoditas Pertanian: Ujung Tanduk kesengsaraan
Dewasa ini, tampak sangat nyata dirasakannya dampak dari perubahan iklim. Tahun 2020 lalu, merupakan tahun terpanas keempat di Benua Afrika sejak tahun 1990. Hal ini menyebabkan kekeringan dan banjir bandang yang secara dramatis mengurangi panen sehingga masyarakat berprofesi agraris di Afrika kehilangan sumber pendapatannya. Terlebih lagi, berkurangnya panen mengakibatkan terjadinya kelangkaan komoditas pertanian sehingga harga pangan juga ikut meningkat dan membuat masyarakat agraris di Afrika kelaparan. Beranjak dari permasalahan tersebut, banyak perempuan muda di Afrika terpaksa harus putus sekolah dan bermigrasi ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, akibat minimnya lapangan pekerjaan, terkadang mereka tidak memiliki pilihan lain selain menjadi pelacur. Tragisnya saat ini telah diperkirakan sudah ada ratusan gadis dari daerah pedesaan Afrika telah bergabung dengan perdagangan seks di kota-kota besar dan kecil demi memberi makan keluarga mereka [4].
Tak berhenti disini, banyak gadis remaja mengalami pelecehan dan kekerasan seksual disaat sedang menghadapi klien. Ironisnya, sering ditemukan klien yang menolak untuk membayar layanan prostitusi yang telah diberikan. Daniel Sithole, seorang analisis iklim dan direktur Green Shango Trust, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada mitigasi perubahan iklim, turut berpendapat bahwa "Perempuan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang pada gilirannya dapat memperburuk kesenjangan gender yang ada." [5]
Menilik Lebih Jauh Terkait Prostitusi Anak
Definisi dari prostitusi anak berdasarkan Konvensi PBB tentang hak-hak anak adalah upaya pelibatan seseorang yang lebih muda dari 18 tahun dalam menjual aktivitas layanan seksual. Prostitusi anak berbeda dengan sexual abuse seperti pelecehan, inses, pencabulan karena melibatkan eksploitasi berbentuk komersial.