Mohon tunggu...
San Soul
San Soul Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mulai menghadapi kenyataan, dan kehilangan mimpi masa kecilnya tentang Matahari di malam hari -___- Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Barang Impor Menyerbu Pasar, Stop Cari Kambing Hitam

25 Agustus 2014   23:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:35 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya baca sebuah artikel di tabloid yang khusus bahas ekonomi oleh salah satu dosen dari universitas terkenal. Ringkasnya kira-kira seperti ini, pemerintah salah dalam mengambil kebijakan atas peredaran seluruh barang impor di pasar Indonesia. Dalam hubungan perdangangan internasional tentu saja ekspor-impor tidak bisa dihindari. Karena memang tidak ada satu negara pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakatnya.

Gini loh, kan Indonesia juga meng-ekspor berbagai hal ke negara lain, jadi negara lain juga meng-impor barang-barang mereka. Semacam take and give dalam proses perdagangan. Permasalahannya, ternyata barang-barang impor ini disambut baik oleh pasar di Indonesia, nah otomatis dong produsen berusaha mendatangkan barang itu lagi, wong dicari-cari rakyat.

Di sambut baik ini dalam artian barang impor harganya lebih MURAH, ada juga yang kualitasnya lebih bagis dari barang lokal. Jadilah seluruh jenis barang membajiri pasar-pasar di Indonesia. Akhirnya, barang impor bukan lagi hanya menyetuh kalangan ekonomi atas saja. Bahkan ekonomi bawah juga menjadi konsumen barang impor. Apalagi barang-barang Cina yang harganya terkenal murah itu. Beramai-ramailah pakar menyalahkan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan barang impor masuk pasar. Loh, kan sudah ada perjanjian perdagangan toh (silahkan di google). Hehe

Kalau saya pribadi sih, tidak akan mencari kambing hitam tapi secara jujur menyalahkan diri saya yang menjadi konsumen barang impor. Mungkin secara statistic, neraca perdagangan kita mengalami devisit karena banyaknya barang impor menyerbu negara tercinta. Mari belajar logika saja deh, seandainya barang di pasar murah, kualitasnya bagus, tapi impor dibandingkan produk lokal, kualitas sama, tapi agak mahalan dikit, pilih yang mana? (jawab dalam hati)

Logikanya, menghentikan proses impor mustahil sekali dilakukan, karena emang negara kita yang besar ini masih membutuhkan barang-barang impor karena BELUM diproduksi di dalam negeri.

Gini saja deh, kita (semua konsumen impor) yang sehari-hari membeli barang impor, bolehlah mengalihkan uang kita membeli barang-barang lokal. Seperti tagline salah satu iklan “cintailah produk-produk Indonesia”. Cinta berarti membeli loh. Kan jumlah masyarakat negara kita ini banyak, kalo semua menggunakan barang produksi lokal untuk kebutuhan sehari-hari, dampaknya akan luar biasa. Diantaranya menghidupkan UMKM dan membuka lapangan pekerjaan, makronya sih memperbaiki neraca perdagangan nasional kita dong.

Selanjutnya kalo kita beli barang lokal, apa? Ya barang impornya gak laku dong sampai waktu expired nya habis sekalian. Ya kalo gak laku, pedagang juga mboh jualan barang yang gak laku, orang gak untung. Nah.. secara otomatis barang-barang tetek bengek yang sangat sederhana juga impor ini bakal berhenti di impor dari negara asalnya.

Yah.. kalo ada sebagian menganggap oknum pejabat kita rada bego mengambil kebijakan. Minimal, kita warga Indonesia ini gak ikutan kayak si oknum pejabat itu. Kan setiap orang bisa berbuat baik untuk negara ini.

Cintailah produk-produk Indonesia! Mari beli produk Indonesia!

Bukan boikot, atau stop impor. Cukup kurangi membeli barang impor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun