“Kutu Kupret”
Jalan-jalan di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa
Angin meliuk-liuk datang bersama kabut
Duhai aku malu, harus lebih dahulu menegur sapa
Perempuan berkebaya yang malu menyahut
**
Penari Ronggeng berjoget hingga pagi
Ku lirik dia masih berdiri di sana
Dibujuk menari bersama para pedagang Tiongkok
Para ca bau kan melirik cemburu ke arahnya
Menarik kain kebayanya hingga corak-poranda
Apa sebutan para perusak gaun itu? Masih pantaskah dijuluki perempuan
**
Kapal-kapal bersandar di tepi pelabuhan Sunda kelapa
Terik matahari mengosongkan kulit dan mencairkan keringat
Siapa sangka hadirnya si busuk bertengger di daun kelapa
Merusak buah yang akan jatuh ke tanah
Bukannya dia harus dibasmi, namun dia malah yang membasmi
Dasar Kutu kupret
Gelandangan berjalan membujuk perempuan-perempuan
Perempuan di Batavia menangis karena kutu si binatang busuk
Perempuanku jadi tak mampu bersuara dan enggan membalas senyumku
**
Kutu Kupret!!
Dasar penghalang tak tahu diri
Kecil-kecil tapi berkuman
Kuman yang terselubung
Ya, perempuanku-si gaun berkebaya, lenyap di bawa lari oleh si kutu kupret!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H