Debat Capres semalam, cukup mengasyikkan bagi saya. Bagaimana tidak, banyak sekali pendukung Prabowo dan Jokowi meramaikan timeline Twitter dengan berbagai kalimat dukungan sekaligus menjatuhkan, ditambah tweet lelucon. Baik itu dari pendukung capres masing-masing maupun pendukung nomor 3 alias golongan netral atau golongan yang masih bingung memilih pilihannya atau golongan yang tidak peduli terhadap pemilihan capres dan cawapres.
Jelas, kemunculan kicauan ini berasal dari jawaban dan pertanyaan dua Capres yang memicu para pendukung ramai mengunggulkan pilihan masing-masing. Dari debat Capres semalam, semakin meyakinkan saya untuk tetap berada di Nomor Satu. Nah, kemunculan kosakata “kebocoran” yang berkali-kali diserukan oleh Prabowo telah membuat dagelan-dagelan gaduh di media sosial.
Setelah saya meresapi maksud pengulangan kata ini, saya mendapatkan sinyal pesan yang mendalam dari Capres Prabowo. Kebocoran anggaran negara. Banyak orang tahu serta yang tidak tahu mengenai hal ini. Namun, bagi orang-orang yang telah tahu, kerap tidak memedulikan perihal ini, mungkin juga mereka salah satu di antara yang membocorkan atap rumahnya sendiri.
Menilik soal “Kebocoran” – yang entah berapa kali diucapkan Prabowo, ternyata telah merugikan negara hampir di seluruh bidang. Alasan inilah yang ditegaskan Prabowo mengenai kondisi negara di setiap kesempatannya berbicara di depan publik, termasuk acara debat Capres semalam. Maksud Prabowo mengatakan “kebocoran” yang masuk ke dalam visi misinya merupakan niat terbesar dan prioritas utama untuk membenah semua sektor di Indonesia jika beliau diberi amanah oleh rakyat.
Kebocoran negara sejumlah Rp.1.160 Trilyun terjadi setiap tahunnya dalam 10 tahun terakhir ini. Menurut Prabowo kebocoran ini masih bisa membuat negara bertahan, bayangkan jika perihal ini tidak terjadi, betapa makmurnya Indonesia beserta rakyatnya. Angka Rp.1.160 Trilyun juga sering dilontarkan Prabowo. Bagi saya, melihat dari setiap orasinya, Prabowo hanya ingin mengingatkan kepada semua khalayak, bahwa negeri ini sedang berada dalam kondisi yang mengenaskan. Sebagai warga negara yang baik, sudah sewajarnya Prabowo berbicara dan mengajak segenap Pemerintahan dan rakyat turut bekerja memperbaiki hal ini.
Bicara soal kebocoran, berarti tidak luput dari sektor pendidikan. Visi dan misi Prabowo-Hatta mempunyai program wajib belajar 12 tahun . Tidak dipungkiri, pendidikan merupakan sektor fatal dalam meningkatkan kemajuan Indonesia. Debat Capres semalam, Jokowi setuju program wajib 12 tahun dan pendapat Prabowo mengenai pendidikan di Indonesia. Peristiwa ini langsung menghadirkan tanggapan baik juga buruk dari pendukung 2 kubu. Ya, pesta demokrasi memang sedang dirayakan, namun demokrasi seperti apa yang dibicarakan oleh kedua pendukung – yang riuh mengolok-olokkan Capres pesaing.
Kekaguman saya terhadap Prabowo kian bertambah. Debat semalam muncul pertanyaan dari Jokowi mengenai strategi mengatasi TPID. Di momen ini, Prabowo jujur tidak tahu singkatan dari TPID. Sikap Prabowo bagi saya merupakan sikap yang jujur dan hal ini adalah contoh dari karakter seorang Prabowo. Saya membayangkan Prabowo jujur menjalankan keseharian dan kegiatan Pemerintah bila rakyat memilihnya.
Selain itu, hal yang diributkan dari debat kemarin malam adalah Ekonomi Kreatif. Terlihat sekali Prabowo menerima ide secara terbuka dan diperlihatkan di depan ratusan juta rakyat Indonesia. Malah, Prabowo tidak setuju terhadap Tim Suksesnya yang sempat mengatakan untuk tidak menyetujui apa pun yang dikatakan oleh Jokowi saat debat terjadi. Kejadian ini, rasanya rakyat bisa melihat bagaimana sikap, pandangan dan pikiran Prabowo yang terbuka. Tidak perlu saya panjang lebar menuliskannya.
Mendengar Prabowo mendukung ekonomi kreatif, saya hanya ingin mengucapkan, “I Love You, Bapak Prabowo.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H