Saya pun kesulitan mencomot kisah-kisah orang di balik topengnya.Ha.Ha.Ha. Belum lagi saya harus menyesuaikan tokoh dan karakter topeng-budaya Indonesia dengan setiap tokoh dan karakter di novel ini. Seperti kisah seorang pelawak, saya harus mencari data dan karakter topeng yang persis dengan tokoh saya itu dalam novel. Terpilihlah topeng Jantuk, berasal dari Betawi. Topeng ini memiliki karakter yang suka melontarkan guyonan-guyonan melalui pantun-pantunnya. Dan lagi-lagi, saya tidak bisa berpantun dan hanya sedikit data yang saya dapat akan Topeng Jantuk ini. Jadilah saya tersumbat alias terhambat. Namun, hal ini tidak boleh menjadi masalah, oleh karenanya, lagi-lagi saya bebaskan alur imajinasi saya bermain. Toh, saya juga tidak mau berpatokan selalu pada pakem dari tarian-tarian topeng tersebut. jadilah, saya rombak hampir seluruhnya.He.he.he.
Kegiatan 50 ribu kata ini, sangat-sangat berguna bagi penulis pemula seperti saya. Di situ, banyak pembelajaran-bisa diraih. Bila kalian mempunyai mimpi untuk menjadi seorang penulis, mengapa anda tidak mencoba kegiatan seperti 50 ribu kata ini. Saya berani jamin, anda akan mendapatkan hal-hal di luar dugaan anda dan tentu, banyak ilmu-bisa diteguk, pastinya tulisan kita kian menjulang berkembang.
Tiga hal yang saya temukan pada proses penulisan novel 50 ribu kata ini, yaitu: Komitmen, konsistensi dan fokus. Ketiga hal ini, saya masih berupaya mencapai angka tinggi. Saya yakin, jika saya benar-benar menjalankan tiga hal ini, apa yang saya mimpi-mimpikan(cita-cita di segala bidang apa pun), Insya Allah tercapai.
Tiga hal inilah yang saya rasakan dalam  menulis novel untuk terus meningkatkannya di penulisan saya, pekerjaan saya dan hubungan saya antar manusia. Kesuksesan dan kebahagiaan di sisa-sisa hidup saya, semoga saya bisa mengenggamnya.
Itu saja yang bisa saya sharing dengan Kompasianer semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H